Buntut Pengrusakan Lingkungan, PT Priven Lestari Diminta Angkat Kaki dari Halmahera

Ela Liansa Sabila
Ela Liansa Sabila
Diperbarui 17 November 2023 22:01 WIB
(Foto: Istimewa)
(Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Setelah menggelar unjuk rasa (Unras) di Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Forum Persaudaraan Mahasiswa Halmahera Jakarta (FPMHJ) melanjutkan aksi bakar ban di depan PT Priven Lestari, Gambir, Jakarta Pusat, Jum'at (17/11).

Koordinator lapangan (Korlap) aksi yang tidak ingin disebutkan namanya membuka orasi sembari membakar empat buah ban bekas, sehingga menyebabkan kemacetan di jalan kendal, Gambir, Jakarta Pusat.

"Mari kita mulai tugas mulia untuk menjaga dan mempertahankan tanah nenek moyang kita, dimana tanah nenek moyang kita adalah aset yang paling berharga dan telah dirampas secara paksa oleh pihak perusahaan jahanam ini!" ungkapnya.

Melanjutkan daripada tuntutan FPMHJ sebelumnya di Kementerian ESDM,  Algi salah satu masa aksi membeberkan dosa dari PT. Priven Lesatri.

"Perusahaan inilah teman-teman sekalian yang telah merebut dan menghilangkan mata pencaharian dari orang tua kita di Halmahera sana, karena itu teman-teman hadirnya kita di sini adalah keterwakilan dari orang tua kita di halmahera, untuk menuntut PT Priven Lestari agar berhenti beroperasi di bumi Halmahera," tegas Algi.

Diketahui, bahwa di Halmahera bagian timur penambangan nikel telah mengokupasi daratan, mencemari pesisir dan perairan laut, serta memporak-porandakan pulau kecil, seperti Pulau Gee dan Pulau Pakal. Di Haltim, terdapat 27 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan total luas konsesi mencapai 172.901,95 hektare.

Dari total izin tambang itu, PT Aneka Tambang (Antam) adalah salah satu perusahaan pemegang konsesi terbesar yang sudah memorak-porandakan wilayah daratan Halmahera, termasuk pesisir, laut hingga pulau kecil Gee dan Pakal.

Jika ditambah kehadiran PT Priven Lestari di kawasan Bukit Watowato, dengan luas konsesi 4.953 hektare, masyarakat di Kecamatan Maba dengan jumlah penduduk 13.195 jiwa dari 10 desa bakal terancam.

Kawasan Bukit Watowato sendiri merupakan benteng terakhir atau ruang tersisa Haltim. Bukit Watowato juga merupakan tempat yang sakral bagi warga Buli.

(ELS)