Wakilnya Sri Mulyani Lebih Khawatir Pajak Jeblok Ketimbang Gen Z Nganggur, Warganet: Mungkin Nanti Pengangguran Juga Kena Pajak!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 20 Mei 2024 01:10 WIB
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara (Foto: Istimewa)
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara yang lebih khawatir pajak jeblok ketimbang dengan hampir 10 juta Gen Z menganggur bikin warganet +62 geram.

Pasalnya, pemerintah menerjemahkan bahwa pemuda yang menganggur sebagai risiko yang bisa menekan potensi pajak ke depannya. "Dari pemimpin sampe bawahannya pada kocak," kata akun TikTok @Yuniarti_05 dikutip Monitorindonesia.com, Senin (20/5/2024).

"Mungkin nanti ada aturan pengangguran juga kena pajak," kata @rx123514.

"Bukan tupoksinya beliau, itu gen Z yang mikirin biar ema bapaknya, jangan apa-apa pemerintah sudah sibuk bangat mikirin rakyatnya," komentar @Dhe dubes.

"Ini SARKAS WOY, dia malah ngetawain pemerintah teman-teman," kata @hariantypanjaitan0 yang mengunggah salah berita terkait hal itu.

"Pajak naik, rakyat banyak yang gak kerja? Gimana bayar pajak pak, buat kamu juga susah," ungkap @annairmayanti1.

"Kok bisa orang kaya gitu jadi Wamenkeu," komentar @annaloezfrieda.

"Kan yang penting bisa menjilad," kata @ MEN IN BLACK.

"Itu kalau pikiran Menteri yang cerdas, mikirin kerjaan rakyatnya dulu, baru mikir pajak," ungkap @saroni377.

"Biar nganggur Gen Z siap bayar pajak pak, Gen Z hebat pak," kata @ ranobadruzzaman.

"Kalau kerja kan nanti kena PPh pak. Trus BPJS Tk, Kesehatan dan lain-lain lumayan kan dari Rp 10 juta dapat m/bulan, mayanlah," kata @hariatypanjaitan lagi.

Adapun Suahasi mengatakan hal itu di Graha CIMB Niaga, Jakarta pada Jum'at (17/5/2024).

Alasan Suahasil mengatakan itu, ini karena peranan masyarakat dalam dunia kerja sangat berpengaruh terhadap pendapat atau daya beli mereka.

Selain itu, bila masyarakat produktif tidak memperoleh pendapatan, setoran penerimaan negara bisa saja terganggu ke depan, salah satunya dalam bentuk pajak penghasilan atau PPh. "Karena itu kita menginginkan suruh elemen masyarakat bisa aktif di dalam dunia kerja, sehingga bisa menghasilkan pendapatan, terus juga bisa menghasilkan penerimaan buat kesejahteraan dia sendiri," kata Suahasil.

Atas hal itu, Suahasil memastikan bahwa pemerintah akan terus memantau perkembangan serapan tenaga kerja dari waktu ke waktu. Namun, ia tak mengungkapkan bentuk dukungan apa yang tengah disiapkan pemerintah demi mendorong masyarakat produktif itu bisa cepat masuk dunia kerja.

"Jadi memang harus ada pantauan yang dilakukan secara terus-menerus dan continue. Memantau terus situasi perekonomian seperti apa termasuk di pasar kerja di masyarakat dan lainnya," ujar Suahasil.

9,9 juta penduduk usia muda tanpa kegiatan
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada 2023 terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET) di Indonesia.

Kebanyakan dari mereka adalah Gen Z yang harusnya tengah di masa produktif. Gen Z merupakan generasi yang lahir pada 1997-2012. Mereka sekarang berusia 12-27 tahun.

Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang berstatus NEET di Indonesia mencapai 22,25% dari total penduduk usia 15-24 tahun secara nasional. BPS mendefinisikan NEET sebagai penduduk usia 15-24 tahun yang berada di luar sistem pendidikan, tidak sedang bekerja, dan tidak sedang berpartisipasi dalam pelatihan. Hal ini mengindikasikan adanya tenaga kerja potensial yang tidak terberdayakan.

Kemudian, menurut BPS, ada berbagai alasan yang membuat anak muda masuk ke kelompok ini, seperti putus asa, disabilitas, kurangnya akses transportasi dan pendidikan, keterbatasan finansial, kewajiban rumah tangga, dan sebagainya.

Pada 2023 ada sekitar 5,73 juta orang perempuan muda yang tergolong NEET. Proporsinya 26,54% dari total penduduk perempuan usia 15-24 tahun.

Sementara kelompok laki-laki muda yang tergolong NEET ada sekitar 4,17 juta orang. Proporsinya 18,21% dari total penduduk laki-laki usia 15-24 tahun.

BPS menilai, angka NEET yang lebih tinggi di kalangan perempuan dapat mengindikasikan banyaknya keterlibatan perempuan di kegiatan domestik seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan sebagainya.

Pekerjaan rumah tangga tersebut dinilai dapat menghalangi perempuan muda untuk melanjutkan sekolah atau memperoleh keterampilan kerja.

Pada tahun 2023 penduduk usia muda tanpa kegiatan atau NEET Indonesia lebih banyak berada di perdesaan dengan proporsi 24,79%, sedangkan di perkotaan 20,40%.

Berapa penerimaan pajak tahun ini?
Sebagai informasi, penerimaan pajak pada kuartal I-2024 anjlok dipicu turunnya setoran sejumlah jenis pajak. Namun, di tengah kondisi itu, masih ada jenis pajak yang tumbuh positif hingga membuat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati senang.

Total setoran pajak secara keseluruhan pada kuartal I-2024 atau hingga Maret 2024 hanya sebesar Rp 393,3 triliun. Realisasi penerimaan pajak itu turun hingga sebesar 8,8% bila dibandingkan angka pada kuartal I-2023 yang sebesar Rp 431,9 triliun.

Di tengah turunnya setoran pajak secara total, jenis pajak yang tergolong pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 masih tumbuh kuat secara neto, yakni 25,9% atau lebih tinggi dari pertumbuhan setoran PPh 21 periode yang sama tahun lalu sebesar 21,7%.

"Kita cukup gembira dengan perkembangan positif ini," kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN edisi April 2024 di kantornya, Jakarta, Jumat (26/4/2024).

Masih tumbuh tingginya setoran PPh 21 itu menurutnya menandakan bahwa serapan tenaga kerja di Indonesia masih sangat baik, diikuti dengan baiknya kondisi penghasilan atau gaji yang diterima para pegawai di Tanah Air.

"Ini refleksi dari situasi ekonomi untuk PPh 21 yang merupakan pajak karyawan. PPh orang pribadi positif jadi dari sisi masyarakat penerima gaji dan orang pribadi positif," ucap Sri Mulyani.

Selain PPh 21, PPh Final juga tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu. Pada kuartal I-2024 tumbuh sebesar 13,1% lebih tinggi dari kuartal I-2023 yang tumbuh hanya 1%. Terutama disebabkan meningkatnya setoran PPh atas bunga deposito atau tabungan, dan jasa konstruksi.

Jenis pajak lainnya juga masih ada yang tumbuh positif, namun lebih lambat dari tahun lalu. Misalnya PPh 22 impor yang hanya tumbuh 2,3% pada paruh pertama tahun ini sedangkan periode yang sama tahun lalu tumbuh 2,6%.

PPh Orang Pribadi tumbuh 9,2% dari sebelumnya 12,7%. Demikian juga dengan PPh 26 yang tumbuhnya hanya sebesar 1,6% jauh lebih rendah dari kondisi kuartal I-2023 yang tumbuh hingga sebesar 37,8%.