Laba Shell Terjun Bebas 17% di 2024 Akibat Harga Minyak yang Lesu

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 31 Januari 2025 08:01 WIB
Laba Bersih Tahunan Shell Turun Sebesar 17% pada 2024 (Foto: Dok Shell Indonesia)
Laba Bersih Tahunan Shell Turun Sebesar 17% pada 2024 (Foto: Dok Shell Indonesia)

Jakarta, MI - Raksasa energi Shell melaporkan penurunan laba bersih tahunan sebesar 17% pada 2024, dipicu oleh melemahnya harga minyak dan gas serta penghapusan aset.

Dilansir dari AFP pada Jumat (31/1/2025), laba setelah pajak perusahaan turun menjadi USD16,1 miliar (sekitar Rp262 triliun) tahun sebelumnya. Sementara itu, pendapatan Shell juga mengalami penurunan hampir 11%, menjadi USD289 miliar.

Merosotnya harga minyak disebabkan oleh perlambatan ekonomi China, yang berimbas pada permintaan global. Sementara itu, harga gas yang sempat melonjak tajam akibat invasi Rusia ke Ukraina kini justru mengalami penurunan drastis, semakin menekan keuntungan perusahaan.

Pada akhir 2024, Shell mengumumkan akan memangkas ratusan pekerja di divisi eksplorasi minyak dan gasnya untuk mengurangi biaya.

"Kinerja keuangan tahun lalu kuat di tengah lingkungan harga lebih rendah," ujar CEO Shell Wael Sawan.

Meskipun mengalami penurunan laba, perusahaan migas yang berbasis di Inggris itu meningkatkan dividennya sebesar empat persen dan membeli kembali saham perusahaan senilai USD3,5 miliar.

Pada tahun lalu, Shell memutuskan untuk menghentikan proyek biofuel di Belanda. Bersama pesaingnya BP, Shell telah mengurangi berbagai program pro-iklim untuk lebih fokus pada minyak dan gas guna meningkatkan laba. Langkah tersebut menuai kritik dari aktivis lingkungan.

"Shell dan pemegang sahamnya kembali meraup puluhan miliar dari bahan bakar krisis iklim tahun lalu," ucap Kepala Kampanye Stop Drilling Greenpeace Inggris Elena Polisano. 

Topik:

shell migas laba-shell