Garuda Indonesia Rugi Rp1,25 Triliun, Beban Utang jadi Penyebab Utama

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 6 Mei 2025 20:48 WIB
Garuda Indonesia (Foto: Repro)
Garuda Indonesia (Foto: Repro)

Jakarta, MI - Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) masih belum optimal. Di tiga bulan pertama 2025, maskapai pelat merah ini kembali mencatat kerugian bersih sebesar USD75,93 juta atau sekitar Rp1,25 triliun. Meski demikian, angka ini mencerminkan penurunan kerugian sekitar 12,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai USD86,8 juta.

Kerugian tersebut sebagian besar disebabkan oleh tingginya beban keuangan, yang tercatat mencapai USD124,57 juta. Beban ini merupakan komitmen restrukturisasi pembiayaan perseroan sebagai bagian dari strategi turnaround jangka panjang.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani menyampaikan, perseroan masih optimistis dengan kinerja Garuda meski secara keuangan masih membukukan kerugian. Secara operasional, dia melihat pertumbuhan yang cukup signifikan pada segmen komersial.

“Kami menyikapi tren pertumbuhan ini dengan optimisme. Kinerja charter yang melonjak menjadi katalis penting dalam memperkuat fondasi bisnis. Di saat yang sama, kami juga tengah mengakselerasi program optimalisasi kapasitas melalui penambahan armada, dengan target mencapai 100 pesawat hingga akhir 2025,” ujarnya melalui keterangan resmi, Selasa (6/5/2025).

Wamildan mengungkapkan bahwa pendapatan dari layanan penerbangan tidak berjadwal (charter) mengalami lonjakan signifikan pada kuartal I-2025, tumbuh 92,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya trafik pada pasar charter umrah.

“Penguatan kinerja charter ini menjadi pondasi penting dalam strategi diversifikasi pendapatan kami. Permintaan yang meningkat, khususnya pada segmen umrah dan perjalanan grup, turut memperkuat posisi Garuda sebagai penyedia layanan penerbangan yang adaptif terhadap dinamika pasar,” tuturnya.

Ia menambahkan, pertumbuhan di segmen ini ditopang oleh trafik penumpang charter yang mencapai 24.618 selama kuartal 1/2025, naik 104 persen. Raihan positif ini juga terefleksikan melalui sedikitnya 69 penerbangan yang utamanya turut dikontribusikan oleh penumpang charter umrah. 

Pendapatan operasional Garuda secara keseluruhan mencapai USD723,56 juta, naik 1,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain didorong oleh pertumbuhan charter, pendapatan Garuda Indonesia pada kuartal I-2025 juga berasal dari naiknya volume penumpang dan kargo. Selama periode Januari hingga Maret 2025, total penumpang yang dilayani mencapai 5,12 juta, yang terdiri dari 2,64 juta penumpang diangkut oleh Garuda Indonesia dan 2,48 juta oleh Citilink.

"Tingkat keterisian kursi (seat load factor) tercatat sebesar 78,8 persen, naik 5 persen dibandingkan kuartal I-2024," kata Wamildan.

Pada sektor kargo, volume pengangkutan tercatat naik 5 persen menjadi 58.145 ton. Dari jumlah tersebut, Garuda Indonesia menyumbang 34.715 ton, sementara Citilink 23.430 ton.

Selain itu, Garuda Indonesia juga berhasil mencatatkan arus kas bersih dari aktivitas operasional sebesar USD162,27 juta sepanjang kuartal I-2025. Angka ini melonjak 87,15 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, mencerminkan performa operasional perusahaan yang semakin solid di awal tahun.

Topik:

garuda-indonesia kinerja-keuangan-garuda-indonesia