Harga Minyak Bangkit dari Tekanan, Pasar Masih Waspadai Banjir Pasokan OPEC+


Jakarta, MI - Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Selasa (6/5/2025), seiring aksi beli para investor yang memanfaatkan pelemahan harga beberapa hari sebelumnya.
Kontrak berjangka minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 3,23 persen ke level USD59,09 per barel, sementara Brent menguat 2,97 persen ke USD62,04 per barel.
Kenaikan ini terjadi meskipun pasar dibayangi kekhawatiran kelebihan pasokan, setelah OPEC+ pada akhir pekan lalu mengumumkan rencana penambahan pasokan besar-besaran mulai Juni mendatang.
Langkah tersebut berpotensi mendorong pasar ke kondisi surplus, di tengah permintaan global yang belum sepenuhnya stabil.
Sejak awal tahun 2025, harga minyak telah anjlok 20 persen, dipicu oleh ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, setelah Presiden AS Donald Trump melancarkan perang dagang dengan hampir semua mitra dagang utama negara tersebut.
Mengutip laporan MT Newswires, kenaikan pasokan juga menjadi tekanan bagi harga, menyusul keputusan OPEC+ yang akan terus mempercepat pengembalian 2,2 juta barel per hari dari pemangkasan produksi sukarela ke pasar. Pada Juni, kartel tersebut akan menambah pasokan untuk bulan kedua berturut-turut sebesar 411.000 barel per hari.
Keputusan ini diambil karena delapan anggota OPEC+, yang dipimpin Arab Saudi dan melakukan pemangkasan sukarela sejak 2023, ingin mendorong anggota lain yang kerap melebihi kuota produksi agar kembali patuh.
Arab Saudi tampaknya siap menghadapi fase harga minyak yang rendah demi menjaga solidaritas internal, sekaligus merebut kembali pangsa pasar yang sempat hilang akibat peningkatan produksi dari produsen serpih AS dan negara non-OPEC lainnya.
“Dampak awalnya adalah pasokan minyak yang melimpah dan kemungkinan harga yang tertekan, disusul dengan perlambatan pertumbuhan produksi dari negara non-OPEC+, terutama sektor serpih AS,” ujar PVM Oil Associates.
Menurut PVM Oil Associates, strategi ini juga memberikan tekanan tambahan terhadap Iran dan sekaligus mendukung permintaan minyak global selama kebijakan dagang AS tidak semakin memperburuk kondisi ekonomi dan kepercayaan terhadap pemerintahan AS, yang saat ini sedang mengalami defisit kepercayaan, dapat dipulihkan secara bertahap.
“Karena tingginya ketidakpastian ekonomi makro saat ini, sulit untuk memprediksi seberapa besar penurunan harga minyak yang akan terjadi,” pungkasnya.
Topik:
minyak-mentah-dunia harga-minyakBerita Sebelumnya
Garuda Indonesia Rugi Rp1,25 Triliun, Beban Utang jadi Penyebab Utama
Berita Selanjutnya
Lampu Hijau untuk Revisi Aturan Impor, Airlangga: Diteken Hari Ini
Berita Terkait

Minyak Melonjak 3%, Tekanan AS ke Rusia dan Sinyal Damai Dagang Bikin Harga Terkerek
30 Juli 2025 08:19 WIB

Harga Minyak Terdongkrak, Ketegangan Laut Merah dan Produksi AS jadi Pemicu
9 Juli 2025 08:50 WIB