Harga Minyak Menguat, Pasar Lega Usai Ketegangan AS-China Mereda


Jakarta, MI - Harga minyak mentah melonjak ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir pada Senin (12/5/2025), setelah kabar baik datang dari dua raksasa ekonomi dunia.
Amerika Serikat (AS) dan China sepakat untuk menghentikan sementara tarif perdagangan selama 90 hari, membuka peluang tercapainya kesepakatan akhir guna meredakan ketegangan dagang yang telah berlangsung.
Langkah ini memberikan sentimen positif bagi pasar global, khususnya komoditas energi yang selama ini tertekan oleh kekhawatiran resesi akibat perang dagang. Investor merespons kesepakatan ini, mendorong harga minyak mentah menguat.
Kontrak berjangka (futures) minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 1,5 persen ke USD61,95 per barel, sementara Brent menguat 1,6 persen menjadi USD64,96 per barel. Keduanya sempat menyentuh level tertinggi sejak 28 April, yakni USD63,61 untuk WTI dan USD66,40 untuk Brent.
Diketahui, AS akan memangkas tarif tambahan atas barang impor dari China dari yang sebelumnya 145 persen menjadi 30 persen, sementara tarif China atas barang impor dari AS akan turun menjadi 10 persen dari 125 persen.
“Penyesuaian ini mengembalikan tarif ke level sebelum Hari Pembebasan dan mencerminkan de-eskalasi yang lebih baik dari perkiraan,” jelas analis komoditas ING, Ewa Manthey, merujuk pada 2 April ketika Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangkaian tarif atas mitra dagang.
"Minyak mentah, yang belakangan tertekan oleh peningkatan produksi OPEC+, kini justru menjadi pemenang terbesar. Berita ini membantu menstabilkan prospek permintaan," ujar analis Saxo Bank Ole Hansen dalam catatannya.
"Masih banyak faktor yang saling bertolak belakang di pasar," kata John Kilduff dari Again Capital, dilansir Dow Jones Newswires.
"Tapi tanpa perang dagang dengan China, saya rasa risiko penurunan harga minyak sekitar USD5 per barel kini hilang dari pasar."
Meski demikian, potensi munculnya sentimen negatif masih terbuka pekan ini, seiring dengan kunjungan Presiden Trump ke kawasan Timur Tengah.
"Dia diperlakukan baik oleh negara-negara Arab yang dimintanya untuk menurunkan harga minyak, dan mereka merespons dengan rencana peningkatan produksi secara bertahap," tutup Kilduff.
Topik:
minyak-mentah harg-minyakBerita Sebelumnya
PHK Massal Panasonic Ancam 8.000 Buruh di Indonesia
Berita Selanjutnya
Kemenperin: Industri Elektronik Sedang Terpuruk
Berita Terkait

Harga Minyak Terdongkrak, Ketegangan Laut Merah dan Produksi AS jadi Pemicu
9 Juli 2025 08:50 WIB

Harga Minyak Tergelincir, Kenaikan Produksi OPEC+ Picu Kekhawatiran Pasar
7 Juli 2025 10:51 WIB