10 Tahun APBN Indonesia: Naik Drastis, Tapi Daya Beli Stagnan


Jakarta, MI - Di tengah sorotan terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang dinilai sedang tidak baik atau memburuk, memunculkan pertanyaan besar: apakah peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia selama satu dekade terakhir benar-benar mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang riil?
APBN Indonesia memang tercatat mengalami kenaikan. Pada 2014, akhir masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), APBN tercatat sebesar Rp1.600 triliun. Saat ini, tahun 2025, nilainya membengkak menjadi Rp3.600 triliun. Namun, nilai tukar rupiah yang terus melemah justru membuat nilai riil APBN tidak jauh berbeda dalam mata uang asing.
Pada 2014, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berkisar di angka Rp8.000. Dengan nilai APBN Rp1.600 triliun, maka dalam dolar AS adalah sekitar USD 200 miliar. Sekarang, tahun 2025, APBN tercatat naik lebih dari dua kali lipat menjadi Rp3.600 triliun, kurs rupiah juga melemah ke kisaran Rp16.470 hingga Rp16.690 per dolar AS yang berarti setara dengan sekitar USD 216,8 miliar.
Artinya, selama 10 tahun, daya beli APBN dalam ukuran dolar hanya naik tipis sekitar 8,4%, sementara secara nominal melonjak hampir 125%.
Nilai Nyata Stagnan
Pengamat ekonomi, Salamuddin Daeng, menyatakan bahwa dalam satu dekade terakhir, daya beli (purchasing power) APBN RI tidak mengalami peningkatan, melainkan hanya tampak naik karena perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
"Jangan-jangan APBN itu disiasati dengan nilai tukar yang diperlemah," ungkapnya dalam sebuah diskusi yang diunggah di akun tiktok @MalakaProject. Dikutip Selasa (13/5/2025).
Salamuddin juga mengatakan "Misalnya Saya pengusaha batu bara, ekspor saya naik, harga batu bara naik, tapi setoran saya ke APBN cukup segini saja, jadi tak perlu naik."
Salamuddin menjelaskan, pertanyaannya adalah mengapa pendapatan negara kita tidak naik secara riil. Secara nominal memang naik, tetapi jika diukur dalam mata uang asing, nilainya stagnan. Ketika pihak luar bertanya, 'Proyek apa yang kalian punya tahun ini?', para duta besar datang ke Indonesia dan menanyakan soal pengadaan barang dan jasa, belanja pemerintah, serta government expenditure. Namun kenyataannya, angkanya hanya segitu-segitu saja dan tidak berkembang selama satu dekade. Maka wajar jika mereka enggan datang.
Pelemahan Rupiah Menggerus Nilai Riil APBN
Meskipun nilai APBN meningkat dari Rp1.600 triliun di 2014 menjadi Rp3.600 triliun di 2025, daya belinya dalam mata uang asing, khususnya dolar AS hanya meningkat sedikit, dari USD 200 miliar menjadi sekitar USD 216,8 miliar. Artinya, jika diukur berdasarkan nilai tukar yang berlaku di pasar global, kemampuan negara untuk membelanjakan dana APBN dalam konteks internasional nyaris tidak berubah.
Topik:
apbn perekonomian-indonesia sby kurs-rupiahBerita Sebelumnya
Indonesia-Jepang Sepakat Perkuat Kerja Sama Perdagangan dan Investasi
Berita Selanjutnya
Gejolak Ekonomi Global Bisa Hambat Transisi Energi
Berita Terkait

Ahmad Labib Minta APBN Fokus pada Ekonomi Digital dan Energi Terbarukan
24 September 2025 16:09 WIB

Purbaya Yudhi Sadewa: Pemerintah Akan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Perbesar Utang
23 September 2025 12:07 WIB