Rupiah Kian Tertekan, Ditutup Melemah ke Level Rp16.456 per Dolar AS

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 31 Juli 2025 16:18 WIB
Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp16.456 terhadap Dolar AS (Foto: Ist)
Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp16.456 terhadap Dolar AS (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (31/7/2025), seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap eskalasi perang dagang global. Rupiah terdepresiasi 51 poin atau sekitar 0,31 persen ke posisi Rp16.456 per dolar AS.

Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, pelemahan rupiah dipicu oleh sentimen negatif dari pasar global yang tengah mengantisipasi tenggat 1 Agustus 2025, di mana Presiden AS Donald Trump akan mulai memberlakukan tarif baru terhadap sejumlah negara.

"Trump mengumumkan kesepakatan perdagangan dengan Korea Selatan yang akan mengenakan tarif 15 persen untuk impor. India menghadapi tarif 25 persen atas ekspornya ke AS mulai Jumat dan belum mencapai kesepakatan perdagangan, sementara barang-barang Brasil dikenakan bea masuk setinggi 50 persen," ujar Ibrahim dalam risetnya, Kamis (31/7/2025).

Menurut laporan dari Politico, Trump dijadwalkan menandatangani perintah eksekutif pada Kamis yang akan memberlakukan tarif lebih tinggi terhadap negara-negara yang belum berhasil menyepakati perjanjian dagang dengan AS.

Sementara itu, Federal Reserve mempertahankan suku bunga tetap di 4,25–4,50 persen pada hari Rabu dalam pemungutan suara 9-2. Prospek The Fed meredam ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan September karena Ketua Jerome Powell tidak memberikan batas waktu untuk pelonggaran.

Di sisi lain, perbedaan pandangan muncul dari Gubernur Michelle Bowman dan Christopher Waller mencerminkan adanya dinamika atau perbedaan pendapat di internal The Fed. Saat ini, pasar sebagian besar telah menunda ekspektasi pemangkasan hingga akhir tahun 2025.

Dari sentimen domestik, Dana Moneter Internasional, IMF, menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dan 2025, dari angka semula 4,7 persen menjadi 4,8 persen. Hal itu terungkap dalam laporan World Economic Outlook terbaru yang dirilis tadi malam di Washington, Amerika Serikat (AS).

IMF semula memperkirakan perekonomian Indonesia pada 2025 dan 2026 akan tumbuh rendah di 4,7 persen. Namun, dalam prediksi terbaru yang rilis hari Selasa (29/7/2025), lembaga ini menaikkan proyeksi masing-masing 0,1 persen sehingga pada tahun ini RI mungkin bisa tumbuh 4,8 persen dan laju yang sama kemungkinan juga terjadi pada 2026 nanti.

Revisi naik terhadap proyeksi pertumbuhan tahun ini sebagian besar didorong oleh membaiknya kondisi keuangan, yang dipengaruhi oleh pelemahan dominasi dolar AS. 

Selain itu, tarif rata-rata yang diberlakukan oleh AS tercatat lebih rendah dibandingkan dengan yang diumumkan pada April lalu. Faktor lain yang turut mendukung adalah langkah sejumlah pelaku usaha yang mempercepat impor barang di kuartal pertama sebelum tarif baru berlaku.

Meski prediksi pertumbuhan mengalami kenaikan, jika realisasi angka tersebut terealisasi maka masih akan menjadi yang terendah sejak tahun 2009 di luar periode resesi karena pandemi Covid-19 pada tahun 2020 dan 2021.

Melihat situasi tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah akan mengalami pergerakan yang fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.450 - Rp16.500 per dolar AS.

Topik:

nilai-tukar-rupiah dolar-as tarif-trump