Istana Tanggapi Keraguan Ekonom soal Pertumbuhan Ekonomi 5,12%

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 7 Agustus 2025 16:04 WIB
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi (Foto: Ist)
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Istana angkat bicara menanggapi keraguan sejumlah ekonom atas data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). 

Pertumbuhan ekonomi tercatat mencapai 5,12% secara tahunan (year-on-year), meski beberapa indikator ekonomi dinilai lesu.

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menegaskan bahwa data yang disampaikan BPS berbasis fakta, bukan spekulasi. Ia menyindir pihak yang hanya percaya data saat hasilnya negatif, namun meragukan ketika data menunjukkan perbaikan.

“Kalau naik kita bilang naik. jangan kemudian kalau turun dipercaya, kalau naik kemudian tidak dipercaya. Kita tidak mempercaya ini seperti ramalan zodiak kan. 

Kalau sesuai kita percaya, kalau enggak sesuai kemudian kita enggak [percaya],” ujar Hasan Nasbi saat ditemui di Istana Negara Jakarta, Kamis (7/8/2025).    

Ia mengatakan, dalam menanggapi pertumbuhan ekonomi, sebagian pihak kerap hanya fokus pada aspek konsumsi dan belanja pemerintah, namun mengabaikan data investasi. 

Padahal, lanjut Hasan, data yang dirilis oleh Kementerian Investasi menunjukkan angka realisasi investasi yang konkret, bukan sekadar komitmen.

Data realisasi investasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Investasi terbaru mencapai Rp942,9 triliun, hampir 50% dari target investasi tahun ini sebesar Rp1.900 triliun. 

Hasan menyebut bahwa Kementerian investasi juga optimistis target investasi tahun ini akan tercapai. Realisasi investasi ini menciptakan lapangan kerja, serapan dari inevstasi sudah mencapai 1,259.858 pekerja.

“Jadi [penopang pertumbuhan ekonomi] ada konsumsi, ada investasi, ada belanja pemerintah. Di sektor lapangan usaha misalnya, sektor industri manufaktur kita tumbuh 5,6%. Investasi yang tadi ini tumbuh 6,99%. Ini dua angka ini digabung jadi faktor penambah pertumbuhan kita. Menjadi 5,12. Jadi kira-kira seperti itu,” tuturnya.

Hasan menilai kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi yang kuat lebih disebabkan oleh framing tertentu. Ia menyebut ada sejumlah ekonom yang mungkin tidak terlalu positif melihat pertumbuhan Indonesia yang positif.

“Jadi pertumbuhan ekonomi kita positif tapi ada yang melihatnya dengan cara yang tidak positif. Pemerintah itu jujur-jujur saja loh mengeluarkan data. Kalau turun dibilang turun, kalau naik dibilang naik,” tegas Hasan.

Ia menuturkan bahwa data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 yang dirilis oleh BPS merupakan data yang dikeluarkan pemerintah yang sama. BPS di bawah pemerintahan yang sama. 

"Jadi kalau turun kita bilang turun, kalau kita naik dibilang naik. Tetapi memang ada sebagian kalangan yang kalau turun dia percaya, kalau naik, dia tidak percaya,” imbuhnya.

Beberapa ekonom menyampaikan keraguan terhadap pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,12% pada kuartal II-2025.

Ekonom dari Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,5% hingga 4,7%. 

Sementara itu, lembaga riset INDEF mempertanyakan hasil tersebut dan menyatakan hasil tersebut tidak mencerminkan kondisi nyata di lapangan dan menyebut data tersebut sebagai anomali.

Topik:

pertumbuhan-ekonomi bps