DPR Tanggapi Tren 'Kabur Aja Dulu': Semangat Anak Muda Perlu Dikelola


Jakarta, MI - Tagar ‘kabur aja dulu’ tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama di kalangan anak muda. Fenomena ini dinilai sebagai bentuk kritik terhadap kondisi dalam negeri, mulai dari sulitnya lapangan pekerjaan hingga berbagai penyimpangan politik dan ekonomi.
Menanggapi hal tersebut, Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Meity Rahmatia, menyebut tren ini sebagai cerminan semangat generasi muda yang meluap akibat kurangnya wadah. Menurutnya, pemerintah perlu mengelola aspirasi tersebut dengan bijak agar tidak berkembang menjadi keresahan yang lebih besar.
“Ibarat air yang meluber karena wadahnya kecil. Semangat itu hanya perlu dikelola dan dikanalisasi dengan baik oleh pemerintah. Jangan langsung membangun batas dengan generasi muda kita hanya karena soal tagar,” ujar Meity saat diwawancarai awak media, Kamis (20/2/2025).
Meity menambahkan, keresahan yang diungkapkan anak muda dalam tren ‘kabur aja dulu’ sebenarnya juga menjadi perhatian pemerintah.
“Sebab itu, dalam sejumlah kebijakannya, pemerintah berupaya keras menstimulasi terbukanya lapangan pekerjaan, meski masih perlu dimaksimalkan,” kata anggota Komisi XIII DPR RI ini.
Ia mencontohkan bahwa pemerintah telah mulai membenahi sektor industri, pertanian, dan perkebunan guna membuka peluang kerja lebih luas.
“Pembukaan lapangan kerja di sektor industri, pertanian, dan perkebunan. Satu per satu dibenahi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Meity mengajak masyarakat untuk mendukung upaya pemerintah dalam menciptakan inovasi dan perbaikan ekonomi agar kesejahteraan rakyat, terutama generasi muda, meningkat.
“Jadi, mari kita dukung dan berikan kesempatan bagi pemerintahan saat ini untuk berinovasi, dan terus memperbaiki yang kurang agar berdampak positif bagi kesejahteraan rakyat dan generasi mudanya,” tambahnya.
Meski begitu, Meity tidak mempermasalahkan jika ada anak muda yang benar-benar ingin bekerja di luar negeri. Baginya, keputusan tersebut mencerminkan semangat untuk berkembang dan berkompetisi di tingkat global.
“Mereka siap ke luar negeri, berarti mereka siap bersaing dengan bangsa lain di luar sana. Dengan demikian, kompetensi dan keterampilannya bisa lebih baik. Kerja di luar negeri bukan berarti tidak nasionalis,” ungkapnya.
Namun, sebagai anggota Komisi XIII yang bermitra dengan imigrasi dan lembaga pemasyarakatan, Meity mengingatkan agar anak muda tidak asal ‘kabur aja dulu’ tanpa persiapan matang.
“Kalau mau bekerja, mesti menyiapkan diri, dari segi keterampilan, kapasitas bahasa, dan lainnya. Juga mempelajari dengan baik budaya serta alur atau mekanisme bekerja di luar negeri,” jelasnya.
Meity juga mewanti-wanti agar para calon pekerja migran berhati-hati terhadap agen tenaga kerja ilegal yang kerap memperdagangkan pekerja migran.
“Tak masalah pergi atau kerja di luar negeri. Pekerja migran adalah pejuang devisa. Saya juga punya pengalaman tinggal di luar negeri. Biasanya, kalau di luar, rasa cinta terhadap Indonesia makin dalam karena rindu. Tapi tetap hati-hati agar tidak tertipu modus penyalur tenaga kerja yang memperdagangkan orang,” tutupnya. ***
Topik:
DPR Media Sosial