Menaker Soroti Dominasi Pekerja Informal: Sudah 60% dan Bisa Terus Bertambah

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 4 Juli 2025 14:43 WIB
Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli (Foto: Kemnaker)
Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli (Foto: Kemnaker)

Jakarta, MI - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengungkapkan bahwa lebih dari separuh angkatan kerja di Indonesia masih bergantung pada sektor informal. Kondisi ini menjadi tantangan besar dalam penataan kebijakan ketenagakerjaan nasional ke depan.

"Yang harus kita catat adalah yang pertama terkait tentang profil bahwa sektor informal itu sekarang 60 persen dan ini (angkanya) bisa bertambah," kata Yassierli di KTT INDEF 2025, Jakarta, dikutip Jumat (4/7/2025).

Sektor informal mencakup para pekerja yang tidak berada dalam struktur pekerjaan formal, seperti buruh harian, pedagang kaki lima, hingga pekerja rumahan yang umumnya tidak memiliki jaminan sosial maupun perlindungan hukum yang memadai.

Menurut Yassierli, penguatan sektor pekerja ini dipandang menjadi bagian dari strategi nasional pembangunan ekonomi lokal dan penciptaan lapangan kerja.

Ia menekankan pentingnya perlindungan sosial dan kebijakan yang inklusif, mencakup cakupan jaminan sosial, pelatihan keterampilan, dan akses pembiayaan bagi para pelaku kerja informal.

"Sepertinya memang tren sektor informal ini akan semakin besar. Jadi, harusnya direction kita itu adalah bagaimana kita akan me-manage, meng-govern sektor informal," ujarnya.

Dengan dominasi pekerja di sektor informal, ia mendorong pengambilan kebijakan yang tidak bersifat seragam, melainkan menyesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan.

Sementara itu, peningkatan kualitas tenaga kerja juga menjadi perhatian utama Kementerian Ketenagakerjaan, mengingat mayoritas pekerja RI adalah lulusan sekolah menengah.

"Sebanyak 85 persen (pekerja) itu lulusan SMA, bahkan SMK maksimum, ini jadi tantangan kita," pungkasnya.

Topik:

angkatan-kerja-ri menaker