Berikut Imbauan IDAI Terkait Gangguan Ginjal Akut untuk Tenaga Kesehatan dan Masyarakat

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 20 Oktober 2022 16:15 WIB
Jakarta, MI - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan imbauan terkait Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA). Imbauan itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso Sp.A(K) melalui keterangan tertulis pada Rabu (19/10). "Imbauan Ikatan Dokter Anak Indonesia Terkait Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA) 19 Oktober 2022," kata dr Piprim. Disampaikan bahwa IDAI menyikapi perkembangan situasi, pertama hasil investigasi Kementerian Kesehatan RI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI terkait penyebab Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA). Kedua meningkatnya kasus gangguan ginjal akut secara cepat. Oleh karena itu, IDAI mengimbau agar tenaga kesehatan dan rumah sakit menghentikan sementara peresepan obat sirup, yang diduga terkontaminasi etilen glikol atau dietilen glikol sesuai hasil investigasi Kemenkes dan BPOM. "Bila memerlukan obat sirup khusus, misalnya obat anti epilepsi, atau lainnya, yang tidak dapat diganti sediaan lain, konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau konsultan anak," ungkapnya. "Jika diperlukan, tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain seperti suppositoria atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam bentuk monoterapi," imbuhnya. Ia mengatakan peresepan obat puyer monoterapi hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memperhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan, dan tata cara pemberian. Selain itu, tenaga kesehatan juga diimbau untuk melakukan pemantauan secara ketat, terhadap tanda awal gangguang ginjal akut baik dirawat inap maupun dirawat jalan. "Rumah sakit meningkatkan kewaspadaan deteksi dini gangguan ginjal akut dan secara kolaboratif mempersiapkan penanganan kasus tersebut," jelasnya. Sementara itu, IDAI juga mengimbau masyarakat untuk sementara waktu tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan, sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kemenkes dan BPOM. Selanjutnya, masyarakat diminta tetap tenang dan waspada terhadap gejala gangguan ginjal akut. "Seperti berkurangnya atau tidak adanya buang air kecil (BAK) secara mendadak," ujarnya. Kemudian yang terakhir, masyarakat diminta untuk mengurangi aktivitas anak-anak, khususnya balita, yang memaparkan risiko infeksi. "Kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker, dan lain-lain," pungkasnya.