Faktor Risiko Penyakit Arteri Perifer

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 10 Juli 2024 14:41 WIB
Tim medis melakukan operasi aneurisme atau penonjolan pembuluh darah otak. (Foto: Antara)
Tim medis melakukan operasi aneurisme atau penonjolan pembuluh darah otak. (Foto: Antara)

Jakarta, MI - Banyak yang tidak mengetahui bahwa penyakit jantung dan stroke juga dapat memengaruhi fungsi pembuluh darah lainnya yang dapat menyebabkan penyakit arteri perifer.
 
Dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr. Ihza Fachriza Sp.B Subs.BVE (K) mengatakan perifer dalam bahasa kedokteran berarti ujung atau tepi yang tugasnya mengalirkan oksigen dan nutrisi ke organ lain seperti leher ke otak, ginjal, usus, dan kaki. Saraf ini berada di luar pembuluh darah utama yaitu jantung.
 
“Perifer adalah pembuluh darah yang membawa nutrisi menjadi yang jadi suplai kehidupan dari organ tersebut. Kalau ada gangguan di arteri, suplai darah oksigen dan nutrisi ke organ tersebut akan terganggu, prinsipnya sama dengan jantung atau stroke,” ujar Ihza dalam diskusi daring yang diikuti di Jakarta, Rabu (10/7/2024).
 
Penyakit arteri perifer yang terdapat gangguan pada pembuluh darah di leher akan menyebabkan arteri karotis yang berujung stroke. Namun sumbatan pembuluh darah seperti di usus dan ginjal sering kali tidak menyebabkan gejala sehingga tidak disadari masyarakat. Yang paling umum adalah arteri perifer yang menyerang kaki karena gejalanya kaki akan menghitam dan pegal-pegal.

Dokter lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan arteri perifer yang menyerang kaki biasanya akan menyebabkan pegal-pegal yang terkadang hilang timbul. Hal ini justru yang harus menjadi perhatian karena artinya suplai darah yang mengandung oksigen dan nutrisi tersumbat sehingga kaki terasa nyeri dan tidak bisa berjalan jauh atau olahraga.
 
Ihza mengatakan penyakit arteri perifer bisa disebabkan karena degeneratif atau usia yang semakin tua membuat fungsi tubuh tidak seoptimal saat muda, serta jenis kelamin pria juga lebih banyak menderita arteri perifer karena gaya hidup merokok dan pola makan yang tidak sehat.
 
“Banyak pasien perokok lama, hipertensi, diabetes, apalagi gaya hidup enggak ada olahraganya sama sekali, komposisi makanan kita kebanyakan tinggi kolesterol, dibakar, banyak lemak, pakai santan itu sedikit banyak sangat berpengaruh,” tuturnya.
 
Penyakit pembuluh darah tepi atau arteri perifer memang tidak mengancam nyawa seperti penyakit jantung atau stroke yang harus ditangani dalam hitungan menit, namun kualitas hidup pasien penderita arteri perifer akan sangat berpengaruh karena fungsi organ yang tidak baik lagi, seperti kaki.
 
Pasien kebanyakan menjadi tidak bisa bekerja maksimal, tidak bisa berjalan dengan baik yang menyebabkan terganggunya masalah finansial keluarganya. Keluarga pasien yang merawatnya juga bisa jadi menjadi beban dan tidak bisa bekerja karena harus menjaga dan mengurus pasien arteri perifer.
 
Ihza mengatakan selain fungsi organ yang tidak sempurna penyakit ini juga bisa menyebabkan depresi karena penyembuhan yang lama dan beban menjalani pengobatan, terlebih jika harus mendapati kenyataan kakinya harus diamputasi karena sudah tidak bisa lagi berjalan.
 
Maka itu Ihza menyarankan pasien dengan penyakit sistemik kronis seperti kencing manis, kolesterol tinggi, diabetes melitus, dan hipertensi harus segera dikontrol agar tidak terjadi masalah pembuluh darah arteri perifer. (AM)