Langkah Penanganan Efek Samping Mual Muntah pada Pasien Kemoterapi Anak

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 13 Juli 2024 18:44 WIB
Dokter spesialis konsultan hematologi onkologi anak. (Foto: Antara)
Dokter spesialis konsultan hematologi onkologi anak. (Foto: Antara)

Jakarta, MI - Dokter spesialis konsultan hematologi onkologi anak lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Anky Tri Rini Kusumaning Edhy Sp.A (K) membagikan langkah penanganan efek samping masalah pencernaan mual dan muntah akibat fase kemoterapi pada pasien kanker anak.

“Caranya siapkan makanan ukuran kecil sesuai kesukaan, minuman kesukaan, latihan napas, hindari bau makanan yang merangsang, dan sekarang bisa pakai aromaterapi,” ujar Anky dalam acara Peran Dukungan Suportif Pada Kanker Anak di MRCCC RS Siloam Jakarta, Sabtu (13/7/2024).

Anky mengatakan, saluran cerna sering menjadi keluhan yang dirasakan anak pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Keluhan seperti mual, muntah dan diare bisa saja dirasakan anak sekitar beberapa hari setelah kemoterapi atau seminggu setelahnya. Selain diare, konstipasi atau sembelit juga bisa dialami anak karena makanan atau minuman yang kurang serat atau meminum obat-obatan tertentu.

Anky mengatakan jika anak sembelit, bisa diberikan hidrasi minuman sebanyak 8 gelas per hari dan tetap lakukan aktivitas dan bergerak. Konsumsi juga makanan berserat, dan konsultasikan ke dokter jika tidak bisa buang air besar dalam tiga hari. Namun jika diare, anak bisa konsumsi makanan yang lunak dan minum susu rendah fruktosa serta banyak minum untuk hidrasi.

Selain masalah pencernaan, efek kemoterapi juga bisa membuat masalah pada area mulut yang menyebabkan hilangnya nafsu makan. Kemoterapi bisa menyebabkan mulut kering, terkelupas, pecah hingga mengeluarkan darah dan rasa sakit, serta adanya perubahan indera pengecapan. Infeksi di mulut ini juga mengakibatkan perubahan suara menjadi serak, sulit menelan dan perubahan mukosa mulut.

“Orang tua harus memperhatikan kebersihan mulut, sikat gigi yang lembut, sering berkumur, hindari makanan bersoda, air putih untuk pertahankan hidrasi, makan porsinya kecil di wadah kecil dan lunak, beri makan sedikit tapi sering, jika sulit menelan bisa pakai sedotan,” ucap dokter pengurus pusat Yayasan Kanker Indonesia itu.

Anky juga mengingatkan saat kemoterapi, ambang batas indera pengecapan anak juga akan berubah, misalnya pada rasa pahit akan semakin menurun dan rasa manis akan semakin tinggi, sehingga sering tidak cocok antara palet rasa orang tua dan anak yang sedang kemoterapi.

Orang tua juga disarankan untuk tidak memaksa anak apabila tidak mau makan. Rasa sakit di area mulut dan gangguan pengecapan sangat umum terjadi pada anak yang menjalani kemoterapi, hal ini juga yang mendasari anak tidak nafsu makan yang banyak dari orang tua tidak mengetahuinya.

Hilangnya nafsu makan juga dikhawatirkan menghambat nutrisi yang seharusnya dibutuhkan tubuh anak untuk melawan kanker dan bisa menjalani kemoterapi dengan lancar. Beberapa cara bisa dilakukan seperti memberikan makan segera saat anak meminta makan, dan beri anak makan 3 jam setelah kemoterapi untuk menghindari rasa mual.

Cara lainnya adalah memberikan makanan yang lebih cair terutama untuk makanan berprotein agar anak tidak merasakan rasa logam yang pahit di mulutnya, makanan dingin dan berperasa mint lebih disukai anak yang indera pengecapannya terganggu dan hindari sendok berbahan logam.

“Jauhkan benda berbau tidak sedap, cuci bahan makanan dengan air garam atau soda kue, makan suplemen zinc bisa memperbaiki indera perasa, memperbaiki lapisan epitelnya, makanan mint dan dingin membantu indera perasa yang bisa diterima anak, tapi hati-hati yang alergi dingin atau cokelat,” jelasnya.

Selain masalah pencernaan, efek samping lain yang ditimbulkan karena kemoterapi antara lain, depresi sumsum tulang yang memengaruhi produksi darah putih, terganggunya hemoglobin dalam mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh, dan rambut rontok. (AM)