Ditengah Larangan Mudik, TKA China Masuk Indonesia, Said Iqbal: Itu lah Tujuan dari Omnibus Law

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 11 Mei 2021 11:36 WIB
Monitorindonesia.com - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal mensinyalir, masuknya puluhan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China dan India ke Indonesia, ditengah kebijakan Pemerintan yang melarang masyarakat untuk mudik Lebaran tersebut menegaskan fakta bahwa itulah tujuan dari Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker), khususnya klaster ketenagakerjaan. "Pemerintah ingin memudahkan masuknya TKA China yang mengancam lapangan pekerjaan pekerja lokal. Padahal saat ini, rakyat Indonesia justru lebih membutuhkan pekerjaan, karena banyak yang ter-PHK akibat pandemi. Itulah sesungguhnya tujuan Omnibus Law," kata Said Iqbal dalam keterangan tertulisnya, Selasa (11/5/2021). Padahal tadinya, ungkap Said, TKA yang masuk ke Indonesia harus mendapatkan izin tertulis dari Menteri Tenaga Kerja (Menaker), sehingga TKA tidak mungkin bisa masuk ke Indonesia kalau belum mendapat surat izin tertulis. Namun pernyataan Menaker, hanya slogan semata. "Sementara sanksi yang akan diberikan kepada perusahaan yang tidak membayar THR sesuai ketentuan sejauh ini hanya retorika," sebut dia. Kemudian ia menyampaikan, berdasarkan Omnibus Law, TKA yang masuk ke Indonesia tidak perlu menunggu memegang surat izin tertulis dari Menaker, tetapi cukup perusahaan pengguna TKA melaporkan rencana kedatangan TKA tersebut (RPTKA). Akibatnya, jutaan buruh dilarang mudik bahkan disekat di perbatasan kota seperti warga kelas dua, tetapi TKA disambut sebagai warga kelas satu dengan alasan kebutuhan industri strategis. "Padahal boleh jadi TKA China dan India yang masuk ke Indonesia tersebut adalah buruh kasar (unskill workers) yang bekerja di industri-industri konstruksi, perdagangan, baja, tekstil, pertambangan nikel, dan industri-industri lain, yang semestinya bisa merekrut buruh lokal Indonesia," pungkas Said Iqbal. Di sisi lain, Said mengatakan, keadilan kaum buruh merasa tercederai dengan banyaknya TKA China. Ibaratnya, buruh dikasih jalan tanah yang becek, tetapi TKA masuk bak melenggang kangkung, diberi 'karpet merah' dengan penyambutan yang gegap gempita atas nama industri strategis. "Situasi ini, diperparah dengan pembayaran THR yang 'jauh panggang dari api'," sebut dia. Bagi buruh, kata dia, datangnya TKA China dan India dengan menggunakan pesawat carteran di tengah pandemi adalah sebuah ironi yang menyakitkan dan mencederai rasa keadilan. "Apalagi terjadi di saat jutaan pemudik yang menggunakan motor dan bisa dipastikan mereka adalah buruh malah dihadang di perbatasan-perbatasan kota," katanya. Padahal, lanjut Said, buruh yang mudik tidak mencarter pesawat, tetapi membeli sendiri bensin motor dan makannya, di saat sebagian dari mereka uang THR-nya tidak dibayar penuh oleh pengusaha. (Ery)

Topik:

-