Mahasiswa Diingatkan Tak Mudah Hanyut dengan Arus Informasi

wisnu
wisnu
Diperbarui 14 April 2022 07:23 WIB
Jakarta, MI - Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengingatkan, mahasiswa tidak mudah terhanyut dengan arus informasi yang bisa mengubah pola pikir, sifat, karakter, serta pendapat generasi muda. Dia mengatakan dengan dinamika perkembangan teknologi digital saat ini, anak muda menjadi semakin mudah menguasai dan lebih lincah menggunakan teknologi. Untuk itu, dia meminta agar kalangan mahasiswa bisa menganalisa dan mengkaji informasi yang didapat. "Telah terjadi inovasi secara fundamental saat ini dan cenderung menggunakan teknologi digital, dan umumnya dikuasai oleh anak muda termasuk para mahasiswa. Saya juga kadang bertanya kepada anak saya, bagaimana mengoperasikan telepon seluler dan segala macam aplikasinya, karena mereka lebih pintar menggunakannya," katanya, Rabu (13/4). Kecanggihan teknologi, lanjut dia, menjadikan dunia tanpa batas, sehingga semua hal dapat diakses dengan didukung jaringan internet langsung terhadap perubahan pola kehidupan masyarakat. Dia menyebutkan pengguna internet di Tanah Air saat ini mencapai 196,7 juta, dimana 145,4 juta di antaranya merupakan generasi Z dan milenial. "Sebanyak 73,9 persen pengguna internet di Indonesia adalah generasi milenial dengan waktu penggunaan rata-rata delapan jam per hari," kata mantan Panglima Komando Cadangan Strategis AD (Pangkostrad) itu. Di era teknologi digital saat ini, menurutnya, kebohongan sering dilakukan secara terus menerus melalui media massa, baik cetak maupun daring. Kebohongan secara terus menerus itu bisa menimbulkan kebenaran yang dipercayai namun tanpa fakta. "Dengan perkembangan seperti ini, berdampak mudah sekali terjadi konflik suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Saya pernah ditugaskan di Maluku Utara dan menyaksikan bagaimana konflik antarwarga terjadi, tetapi mereka tidak mengetahui akar permasalahan konflik tersebut," katanya. Karenanya, menurut dia, semua pihak perlu waspada terhadap pengaruh luar yang semakin gencar menggerogoti mentalitas dan moralitas generasi muda bangsa Indonesia. Dia mengibaratkan mahasiswa atau generasi muda sebagai petasan yang sumbunya pendek sehingga mudah meledak. "Anak muda ini kalau diberi informasi yang tidak dianalisis dengan baik, mereka sangat mudah bereaksi dan terbakar emosinya karena darah mudanya," katanya. Dia menilai perlu ada kesadaran masyarakat terutama mahasiswa untuk mengkristalkan semangat para pendiri bangsa dalam menyusun dasar negara. Kemerdekaan yang diperoleh saat ini merupakan hasil dari jerih payah dan tetesan keringat seluruh tumpah darah Indonesia, katanya. Dia mengajak mahasiswa untuk bercermin dari sejarah perjuangan para pahlawan, seperti Bung Tomo, yang muncul sebagai tokoh muda di umur 23 tahun memimpin ribuan rakyat Surabaya. Selain itu, Jenderal Sudirman bergerilya dengan kondisi sakit dan ditandu saat melawan penjajah. "Sejarah membuktikan, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sangat kuat saat menghadapi ancaman eksternal," paparnya. Dia juga mengingatkan generasi muda akan pentingnya menghargai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara sekaligus alat pemersatu seluruh masyarakat. Setidaknya, ada tujuh nilai kebangsaan yang perlu diteladani dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yakni menghormati perbedaan, mendahulukan kepentingan umum, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, optimisme, dan nasionalisme. "Nilai-nilai kebangsaan itu harus dipahami sebagai wawasan kebangsaan. Wawasan kebangsaan yang menyatu secara utuh, menjadi jiwa bangsa Indonesia dan mengkristal dalam Pancasila sebagai nilai ke-Indonesia-an," jelasnya.