Cegah Dehidrasi Bagi Calon Haji saat di Tanah Suci, Kemenkes Lakukan Hal Ini

wisnu
wisnu
Diperbarui 31 Mei 2022 11:15 WIB
Jakarta, MI – Dalam mencegah kejadian dehidrasi pada calon jamaah haji di tengah situasi cuaca panas Arab Saudi, Kemenkes mengusung jargon "Jangan Tunggu Haus" pada musim haji 2022. "Sebab suhu harian di Arab Saudi rata-rata 42-45 derajat Celcius," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI Budi Sylvana, Selasa (31/5). Tim advance Kemenkes RI telah melakukan analisa situasi cuaca di Arab Saudi. Sehingga, pihaknya memberikan edukasi dalam mencegah kejadian dehidrasi pada calon jamaah haji. "Diperkirakan cuaca panas akan memuncak hingga 55 derajat Celcius. Saya baru dari sana, memang cuacanya cukup panas," ujarnya. Terik matahari di Arab Saudi pada Juni dan Juli 2022 lebih panas dari situasi ibadah haji 2019. [caption id="attachment_438247" align="aligncenter" width="400"] Pelepasan PPIH oleh Kemenkes. (Foto: Dok/Ist)[/caption] Minum air putih dengan takaran minimal 2 liter per hari efektif mencegah risiko dehidrasi pada calon haji. "Kadang calon haji tidak sadar, karena dia tidak berkeringat merasa tidak haus karena lembab udaranya," katanya. Selain jangan menunda haus, kata Budi, Kemenkes juga menyarankan calon haji untuk menghindari rutinitas yang tidak penting di luar ruangan. "Misalnya berbelanja, berziarah, umroh berkali-kali. Kita sarankan fokus dulu pada wajib hajinya. Wukuf di Arafah, Musdalifah dan Mina, setelah itu baru beribadah di tempat lain," ujarnya. Dalam kegiatan yang sama, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa mengimbau Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) untuk mendampingi seluruh calon jamaah haji selama beraktivitas di Arab Saudi. "PPIH agar mewaspadai perubahan cuaca ektrem di Arab Saudi. Ingatkan jamaah agar minum supaya tidak dehidrasi dan jangan tunggu haus. Jamaah batasi aktivitas fisik di luar ruangan," katanya. Kunta mengatakan kebugaran fisik jamaah menjadi hal penting selama menjalani ibadah haji agar terhindar dari berbagai penyakit yang berisiko tinggi, termasuk Covid-19. "Ibadah haji tahun ini masih berada pada situasi pandemi Covid-19. Tentunya kondisi itu berbeda dengan tahun sebelumnya. Penerapan prokes adalah mandatori, baik bagi petugas, terlebih jamaah haji," katanya. Kunta menambahkan dalam kurun 15 tahun terakhir, angka kematian jamaah haji Tanah Air di Arab Saudi masih sangat tinggi, berkisar dua per 1.000 jamaah per tahun. "Dari kuota per tahun 221.000, maka sekitar 300 sampai 400 jamaah meninggal per tahun," katanya. Kunta meminta PPIH mendampingi upaya preventif dan promotif agar kondisi kesehatan jamaah terjaga baik dan mengurangi risiko kematian.