Soal Anton Gobay, Polri Masih Koordinasi dengan KBRI Filipina

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 19 Januari 2023 08:30 WIB
Jakarta, MI - Polri masih terus berkoordinasi dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Filipina terkait kasus kepemilikan senjata api ilegal Anton Gobay. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan WNI. "Polri terus berkoordinasi dengan KBRI di Manila dan KJRI di Davao City melalui atase kepolisian dan staf teknis kepolisian untuk memberikan perlindungan WNI dan pelayanan kepolisian," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan kepada wartawan, Rabu (18/1). Ramadhan mengatakan pihaknya menghargai proses hukum yang dilakukan Kepolisian Filipina terhadap Anton. "Polri menghargai proses hukum AG yang sedang berjalan oleh pihak Kepolisian Nasional Filipina terhadap AG terkait kasus dugaan kepemilikan senpi ilegal yang dilakukan oleh AG," ujarnya. Sebelumnya, seorang warga negara Indonesia (WNI) bernama Anton Gobay, ditangkap oleh Kepolisian Filipina pada Sabtu (7/1). Dari hasil pemeriksaan, Anton Gobay merupakan seorang pilot yang bekerja di Filipina. Anton ditangkap bersama dua warga negara Filipina terkait kepemilikan senjata api ilegal. Anton memiliki 12 senjata api ilegal. Senjata api itu dibeli Anton di Filipina dengan nama samaran. Senjata ilegal itu dibeli di wilayah Danao City, Provinsi Cebu, Filipina. Adapun dari 12 senjata api ilegal itu, terdapat 10 senjata laras panjang jenis M4 kaliber 5,56 mm tanpa amunisi senilai 50 ribu Peso, dan dua pucuk senjata api laras pendek jenis Ingram dengan kaliber 9 mm senilai 45 ribu Peso, tanpa amunisi. Kepada polisi, Anton Gobay mengaku akan membawa senpi tersebut untuk mendukung kegiatan organisasi Papua. Kadiv Hubinter Polri Irjen Krishna Murti mengatakan berdasarkan pengakuan Anton, organisasi yang dimaksud itu adalah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Kendati demikian, Krishna menyebut pihaknya masih mendalami soal penyaluran senjata api yang dilakukan Anton. “Iya, benar (KKB). Sedang didalami dulu,” katanya saat dikonfirmasi, Rabu (11/1). Sementara itu, di sisi lain, Anton Gobay juga ingin meraup keuntungan dari penjualan senjata itu. Anton mengaku akan menjual senpi tersebut kepada siapapun yang sanggup membayar mahal di wilayah Papua.