Inilah 10 Kota Toleransi Tertinggi dan Terendah Versi SETARA Institute

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 6 April 2023 23:13 WIB
Jakarta, MI - Laporan Indeks Kota Toleran (IKT) 2022 merupakan hasil pengukuran yang dilakukan SETARA Institute untuk mempromosikan praktik-praktik toleransi terbaik kota-kota di Indonesia. Menurut Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan, Indeks Kota Toleran 2022 merupakan laporan keenam SETARA Institute sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2015. IKT, kata dia, ditujukan untuk memberikan baseline dan status kinerja pemerintah kota dalam mengelola kerukunan, toleransi, wawasan kebangsaan dan inklusi sosial. "Baseline ini akan menjadi pengetahuan bagi masyarakat, pemerintah dan berbagai pihak yang ingin mengetahui kondisi toleransi di 94 kota di Indonesia," ujar Halili, Kamis (6/4). Dijelaskannya, bahwa studi ini ditujukan untuk mempromosikan pembangunan dan pembinaan ruang-ruang toleransi di kota yang dilakukan oleh pemerintah kota setempat dan/atau didukung serta berkolaborasi bersama elemen masyarakat secara umum. "Objek kajian IKT adalah 94 kota dari total 98 kota di seluruh Indonesia. 4 kota yang dieliminir merupakan kota-kota administrasi di DKI Jakarta yang digabungkan menjadi 1 (satu) DKI Jakarta," ungkapnya. Studi ini juga, lanjut Haili, menetapkan 4 (empat) variabel dengan 8 (delapan) indikator sebagai alat ukur, yaitu: A. Regulasi Pemerintah Kota Indikator 1: Rencana pembangunan dalam bentuk RPJMD dan produk hukum pendukung lainnya. Indikator 2 yaitu Ada tidaknya kebijakan diskriminatif. B. Regulasi Sosial Indikator 3: Peristiwa intoleransi. Indikator 4: Dinamika masyarakat sipil terkait isu toleransi. C. Tindakan Pemerintah Indikator 5: Pernyataan pejabat kunci tentang isu toleransi. Indikator 6: Tindakan nyata terkait isu toleransi. D. Demografi Sosio-Keagamaan Indikator 7: Heterogenitas keagamaan penduduk. Indikator 8: Inklusi sosial keagamaan. Kombinasi pembobotan tersebut menghasilkan persentase akhir pengukuran sebagai berikut: 1. Rencana Pembangunan (10%) 2. Kebijakan Diskriminatif (20%) 3. Peristiwa Intoleransi (20%) 4. Dinamika Masyarakat Sipil (10%) 5. Pernyataan Publik Pemerintah Kota [10%) 6. Tindakan Nyata Pemerintah Kota (15%) 7. Heterogenitas agama (5%) dan 8. Inklusi sosial keagamaan (10%). "Scoring dalam studi ini menggunakan skala hipotesis positif dengan rentang nilai 1-7, yang menggambarkan rentang gradatif dari kualitas buruk ke baik," lanjut Halili. "Artinya, 1 merupakan score untuk situasi paling buruk pada masing-masing indikator, sedangkan 7 adalah score untuk situasi paling baik pada masing-masing indikator untuk mewujudkan kota toleran," sambungnya. Selain itu, untuk menjamin validitas data hasil scoring, studi ini melakukan tiga teknik sekaligus; (1) triangulasi sumber, (2) hasil self-assessment pemerintah-pemerintah kota melalui kuesioner yang disebarkan, dan (3) Experts meeting series atau pertemuan serial para ahli untuk mengkonfirmasi data sementara hasil score. Adapun studi ini mengahasilkan temuan 10 Kota Skor Toleransi Tertinggi dan Terendah. 10 Kota Skor Toleransi Tertinggi 10 Kota Skor Toleransi Terendah #Kota Toleransi Tertinggi dan Terendah