Ara Sirait: Kepemimpinan Harus Berproses dari Bawah Agar Bisa Mengambil Keputusan yang Tepat Bagi Bangsa 

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 13 April 2023 20:38 WIB
Jakarta, MI - Kepemimpinan harus berproses dari bawah supaya bisa mengambil keputusan yang tepat bagi bangsa. Demikian disampaikan Maruarar Sirait dalam Seminar Nasional LPDP UI dengan tema “Menggagas Kepemimpinan Nasional dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045” menampilkan pembicara Maruarar Sirait (Tokoh Pemuda Nasional) dan Meutya Vladya Hafid (Ketua Komisi I DPR RI) berlangsung di Auditorium, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia, Kamis (13/04) yang diselenggarakan Ikatan Penerima Beasiswa LPDP Universitas Indonesia. “Adik-adik penerima LPDP  pasti mahasiswa yang pintar-pintar, sudah melalui seleksi ketat. Yang penting sekarang adalah bagaimana membangun mental, karakter dan integritas. Kalian harus konsisten, termasuk memperjuangkan keadilan. Cukup banyak menemukan anak-anak bagus secara akademis  tetapi secara teknis mental tidak baik,” tegasnya mengingatkan. Realis sekarang ini, dalam hukum belum tentu yang benar akan menang di pengadilan. Karena itu, adik-adik harus touch dalam karakter. Mentality penting melalui proses. Contoh Mbak Meutya seorang jurnalis yang handal dan berkualitas berproses dari bawah sekarang menjadi Ketua Komisi I DPR. Karena itu, jangan sekali-kali melupakan Jas Merah seperti Bung Karno, penting belajar sejarah tetapi lebih penting membuat sejarah sendiri. “Saya anggota DPR  dari pemilihan Subang, Majalengka dan Sumedang, yang 99 persen Muslim dengan perolehan tertinggi. Dulu Gus Dur pernah tanya kok bisa dari sana. Saya menemukan di sana adalah Pancasila,” ujarnya memotivasi. Ara menceritakan saat ada pembangunan gedung baru DPR, dirinya termasuk tidak setuju karena lebih baik anggaran untuk digunakan  rakyat, beasiswa  LPDP dan lainnya. Saat kasus Century, ia menceritakan aktif melakukan audit keuangan. Di DPR harus punya alat objektif tidak subjektif harus terukur. “Anak-anak sekarang jangan berperilaku  hedon yang sedang trend karena bisa ganggu karir orang tua.  Kita bisa kehilangan jabatan jangan sampai hilang kepercayaan,” papar pria yang sejak SMA sudah merintis bisnis. Kalau pemuda-pemudi ketika ingin jadi pemimpin yang sukses cari tiga hal  yakni cari patner yang baik, pasangan baik dan  mentor  (senior) yang baik. Ara juga menyarankan  selain aktif di organisasi dan akademik, harus aktif merintis usaha. “Membentuk jati diri penting.  Jangan salah pilih bos jadi harus hati-hati. Demikian juga hati-hati memilih patner. Harus  lebih dulu pelajari karakter,” bebernya. Ia menjelaskan bahwa penting value keluarga untuk membentuk karakter, value agama yang mengajarkan kasih sesama  dan juga value culture Batak yang mengajarkannya jadi petarung dan kerja keras. “Dari SMA saya sudah dagang, jual bawang, kaos dan sewakan lighting. Waktu kuliah bisnis kain sisa ekspor dan jual beli mobil. Kita tidak perlu malu bekerja yang penting halal dan mulai saat Anda jadi mahasiswa,” sarannya. "Apapun profesinya jadi jurnalis, dosen, pejabat, apapun itu  jadilah kepala dan  jangan jadi ekor. Buat hal-hal yang baik, untuk mengurus Indonesia harus sama-sama kita bekerja keras. Marilah kita mengurus Indonesia yang menjadi kampung halaman kita bersama," sambungnya. Pada kesempatan itu, Meutya Hafid memaparkan bahwa impian Indonesia 2015-2025 oleh Presiden Jokowi ada beberapa hal salah satunya kesiapan SDM mengungguli bangsa-bangsa lain. Tantangan sekarang terkait SDA, perubahan iklim, perubahan geopolitik dunia dan  urbanisasi dunia mencapai  Rp 5 miliar. “Semua bilang Indonesia akan ada bonus demografi, kalau usia produktif membludak  tapi tidak  tersedia  dan dibekali sarana pendidikan sama saja. Teman-teman LPDP diharapkan membuat bonus demografi sebagai opportunity,” tantangnya. Indonesia sekarang  dari low income sudah naik middle income, nanti menuju high income untuk 2045,  tetapi harus dilakukan langkah-langkah besar untuk mempersiapkan SDM agar bisa tercapai. Karena itu, pengetahuan dan teknologi penting, ekonomi berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur. Sekarang reformasi birokrasi mudah-mudahan terlaksana. “Indonesia masuk generasi emas, kita perlu pemimpin tidak hanya mampu mengurus hari ini tetapi bisa merubah keadaan dan nasib bangsa ini ke depan,” tegasnya. Sebelumnya, Ketua Umum LPDP UI Dinita Ayu Novela mengungkapkan hingga sekarang sudah terhimpun kurang 3.500 penerima beasiswa LPDP termasuk alumni. “Dua nara sumber yang hadir sekarang Bang Ara dan Mbak Meutya adalah  sebagai role model pemimpin nasional,  terimakasih telah menyempatkan diri hadir di acara ini,” tutur penerima beasiswa LPDP S2 Ilmu Politik UI. Menurutnya,  keterbatasan apapun tidak menjadi halangan untuk meraih mimpi dan sukses. Pemimpin ke depan yang sukses adalah terus berusaha. Acara ini diikuti 1200 orang secara luring dan daring. Mewakili UI Prof. Muhamad Luthfi,  PhD selaku Staf Rektor Bidang Kerja sama Industri dan Pendidikan UI mengakui bahwa acara LPDP ini menarik menggagas membangun kepemimpinan nasional. Menurut penelitian Indonesia akan menjadi negara demokrasi Muslim superpower pertama di dunia. Untuk sampai ke sana  ia mengingatkan kendala adalah korupsi dan  norkoba yang perlu diperangi. Beberapa tolak ukur adalah sumber daya manusia dengan tersedia 110 juta tenaga kerja. Kemudian harapan hidup Indonesia lebih baik yakni 71 tahun. “Kita harapkan kita menuju take of menuju negara kelas menengah.  2030 diharapkan income perkapitata 10.000 US dollar. Maka dana beasiswa penting mendorong pengembangan dan kemajuan pendidikan. Kami mendorong adek-adek sekalian untuk mewujudkan cita-cita bersama itu,” pesannya. Pada sesi tanya jawab Rangga dan Suci dari Merauke kedua mahasiswa pasca UI dan penerima beasiswa  LPDP meminta advise terkait kepemimpinan ke depan. Seminar Nasional  diketuai Hendra dan  dimeriahkan Sanggar Tari Bogor. #Maruarar#Ara Sirait