Penjelasan BRIN Soal Dugaan Penyebab Jatuhnya 2 Pesawat TNI AU di Pasuruan

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 16 November 2023 21:13 WIB
Pesawat milik TNI AU jenis Super Tucano terjatuh di wilayah Kabupaten Pasuruan, Kamis  (16/11) [Foto: Tangkapan Layar]
Pesawat milik TNI AU jenis Super Tucano terjatuh di wilayah Kabupaten Pasuruan, Kamis (16/11) [Foto: Tangkapan Layar]

Jakarta, MI - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, dugaan penyebab jatuhnya pesawat milik TNI AU di Desa Keduwung, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11).

Direktur Kebijakan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan BRIN Mochammad Nurhasim mengatakan, jatuhnya pesawat TNI AU kemungkinan disebabkan oleh tiga faktor. Menurutnya, faktor utama adalah usia pesawat yang sudah tua.

"Biasanya kalau kecelakaan, beberapa kasus ya dari kecelakaan penerbangan atau pesawat latih, Hercules, dan lainnya itu ada beberapa kemungkinan," kata Nurhasim di Jakarta, Kamis (16/11).

"Kemungkinan yang pertama memang usianya sudah tua, artinya alutsista itu sebenarnya sudah harus dihentikan, dan diganti yang baru," tambahnya.

Faktor kedua, lanjut Nurhasim, ia menduga jatuhnya pesawat tersebut diakibatkan cuaca yang buruk. Dijelaskan Nurhasim, cuaca buruk atau perubahan cuaca bisa mempengaruhi kinerja pesawat.

"Itu tidak tergantung pada kemampuan manusianya saja, tetapi alat baru pun kalau cuacanya buruk ya tingkat kemungkinan untuk terjadi kecelakaan pasti akan tinggi. Apalagi ada musim pancaroba ini," ujarnya.

Adapun faktor ketiga yaitu, jatuhnya pesawat TNI AU dapat disebabkan oleh human error. Ia mengaku, tidak mengetahui penyebab mana yang paling dominan dari ketiga faktor tersebut, karena perlu investigasi lebih lanjut.

Namun, dugaan kuatnya adalah usia dari pesawat TNI AU itu sendiri. Oleh sebab itu, ia berharap TNI melakukan evaluasi terhadap seluruh alutsista demi keamanan prajurit TNI.

"Katakanlah kalau sudah lebih dari 30 tahun dan 40 tahun, saya kira butuh memang dilakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap tingkat kesiapan alutsista TNI, khususnya yang punya risiko cukup tinggi," jelasnya.

"Karena pesawat terbang, pesawat tempur, pesawat latih itu risikonya cukup tinggi bagi TNI yang digunakan," tandasnnya.