Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Jakarta Optimis Menuju Kota Global

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 17 Februari 2024 21:45 WIB
Monumen Nasional (Monas) [Foto: MI/Plo]
Monumen Nasional (Monas) [Foto: MI/Plo]

Jakarta, MI - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyatakan kesiapannya  untuk menjadikan Jakarta, sebagai kota global yang kompetitif atau mampu bersaing dengan kota-kota serupa di negara lain, setelah tak lagi menyandang ibu kota negara.

"Setelah tidak lagi menjadi ibu kota negara, kita siap untuk menjadi kota global yang kompetitif," kata Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov DKI, Sri Haryati, Sabtu (17/2).

Untuk mewujudkan hal itu, lanjut Sri, Pemprov DKI Jakarta ditopang dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, serta angka inflasi yang terkendali.

Sri mengungkapkan ekonomi Jakarta tumbuh mencapai 4,96 persen pada 2023 meskipun ketika itu, kondisi ekonomi global juga dalam kondisi tidak pasti akibat berbagai isu. 

Pertumbuhan ekonomi 2023 ini sedikit lebih rendah, dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 5,25 persen. Sedangkan untuk tahun 2024 perkiraan Bank Indonesia (BI), ekonomi DKI Jakarta akan kembali bertumbuh pada kisaran 4,8-5,6 persen.

Ekonomi Provinsi DKI Jakarta, kata dia, memberi kontribusi signifikan terhadap nasional mencapai 16,77 persen. Bahkan angka tersebut, lebih tinggi dibanding 2023 yang mencapai 16,64 persen.

"Bahkan dalam konteks inflasi, DKI menyumbang 27 persen terhadap inflasi nasional," ujarnya.

Menurut Sri dengan kontribusi inflasi sebesar it,  membuat inflasi DKI Jakarta memberikan dampak signifikan, terhadap inflasi nasional.

"Artinya, kalau Jakarta tidak mampu mengendalikan inflasi, maka tingkat inflasi nasional juga akan terbawa naik," jelasnya.

Sri menegaskan, bahwa dengan menyukseskan pembangunan ekonomi Jakarta, berarti juga menyukseskan pembangunan ekonomi nasional.

"Makanya kita punya slogan Sukses Jakarta Untuk Indonesia. Ini suatu fakta dan semangat bagi kami bahwa harus bisa sukses untuk memberi kontribusi positif terhadap ekonomi nasional," ungkapnya.

Sri merinci beberapa lapangan usaha yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta, yakni perdagangan sebesar 17,67 persen, industri pengolahan sebesar 11,87 persen, dan jasa keuangan sebesar 11,09 persen.

"Tetapi dalam konteks pertumbuhan, itu ada transportasi dan pergudangan sebesar 14,05 persen, jasa lainnya sebesar 11,6 persen,  penyediaan akomodasi, dan sektor makanan-minuman sebesar 9,69 persen," imbuhnya.

Sesuai janji Presiden Joko Widodo (Jokowi), lanjut dia, Jakarta akan tetap menjadi kota global meskipun ibu kota negara, akan pindah ke Kalimantan.

Oleh karena itu, pihaknya merencanakan berbagai macam program untuk mendorong Jakarta menjadi kota global.

"Kami menggarisbawahi mulai 2019, Pak Presiden sudah menyampaikan bahwa Jakarta akan tetap menjadi prioritas pembangunan dan akan terus dikembangkan menjadi kota bisnis, kota keuangan, pusat perdagangan yang berskala regional dan global," jelasnya.

"Maka di 2024 ini, perencanaan kami semua sudah dibuat, bagaimana kota global betul-betul menjadi target. Kita  mendorong menjadi kota global yang kompetitif," tandasnya.