Fernando Emas Soroti Berbagai Sikap Pejabat Ditengah Duka Bencana Sumatera: Pertunjukan yang Menjengkelkan
Jakarta, MI - Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas menyoroti sikap dan pernyataan sejumlah pejabat negara dalam menanggapi penanganana bencana banjir dan longsor di sejumlah wilayah di Pulau Sumatera.
Menurut, Fernanado ada beberapa pejabat yang malah menunjukan sikap dan pernyataan menjengkelkan ditengah situasi duka akibat bencana banjir dan longsor yang terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh.
Seperti pernyataan yang dilontarkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto yang menyebut bahwa kondisi bencana di wilayah Tapanuli, Sumatera Utara (Sumut) tidak semencekam seperti apa yang diberitakan dan yang beredar di media sosial (medsos).
"Ada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto yang tidak memiliki rasa empati dan menganggap bahwa bencana di wilayah Tapanuli tidak separa seperti yang tampak di media sosial," kata Fernanado kepada melalaui keterangan tertulis, Selasa (2/11/2025).
Menurutnya, Presiden Prabowo Subianto harus segera mencopot Suharyanto dari jabatan Kepala BNPB karena pernyataan yang dilontarakannya tidak mencerminkan sosok pemimpin yang seharusnya memiliki empati tinggi.
"Sebaiknya Presiden segera mencopot Suharyanto dari posisinya karena dia tidak pantas mengemban posisi itu. Seharusnya posisi itu ditempati oleh sosok yang memiliki rasa empati tinggi seperti para pendahulunya," tuturnya.
Selain itu, Fernando juga menyoroti sikap Menko Bidang Pangan Indonesia, Zulkifli yang terkesan menontonkan gaya kepemimpinan pencitraan saat mengunjungi korban terdampak bencana di wilayah Pulau Sumatera.
"Pertunjukan yang tidak menarik dan cenderung membuat masyarakat bosan melihat gaya kepemimpinan dengan pencitraan," ungkapnya.
Fernado juga menilai sikap Bupati Aceh Tenggara Muhammad Salim Fakhry yang dinilai memanfaatkan situasi bencana untuk membuat panggung politik dengan membuat pernyataan yang berharap Prabowo menjadi Presiden seumur hidup.
"Pernyataan tidak berkelas sebagai Kepala Daerah. Kalau saya jadi Prabowo Subianto, sudah kena tempeleng dia karena tidak tahu melihat situasi dan kondisi untuk memanfaatkan menjadi panggung politiknya," tegasnya.
Pernyataan Dirjen Penegakan Hukum (Gakkum) Kemenhut Dwi Januanto Nugroho terkait kayu gelondongan yang terseret arus banjir dan longsor juga tidak luput dari sorotan Fernando. Ia menilai pernyataan tersebut sangat mudah dibantah dengan melihat fakta yang ada dilapangan.
"Dirjen Penegakan Hukum (Gakkum) Kemenhut Dwi Januanto Nugroho seharusnya tidak ngawur dan asal ngoming ketika memberikan komentar sehingga tidak menjadi sasaran cercaan dan hinaan," kata Fernando.
"Pernyataannya bahwa kayu yang terbawa banjir dan longsor merupakan kayu bekas tebangan yang sudah lapuk dan kemudian terseret banjir sangat mudah terbantahkan dengan melihat kenyataan dilokasi bencana," tambahnya.
Lebih lanjut, Fernando mengatakan bahwa situasi bencana yang terjadi di sejumlah daerah di Pulau Sumatera ini menunjukan bagaimana sesungguhnya sikap pemimpin dan pejabat negara.
"Saya berharap masyarakat tidak gampang menjadi pelupa sehingga dengan mudahnya dimanfaatkan untuk kepentingan politik pada tahun 2029 yang akan datang," ujarnya.
Topik:
Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas Bencana SumateraBerita Terkait
Kementerian PU: Sejumlah Ruas Jalan Strategis Mulai Berfungsi di Aceh
4 Desember 2025 18:01 WIB
Bank Mandiri Percepat Penyaluran 67.000 Bantuan Bencana untuk Warga Sumatera
3 Desember 2025 20:25 WIB