Buronan Interpol Dewi Astutik Ditangkap di Kamboja, Otak Penyelundupan 2 Ton Sabu

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 2 Desember 2025 20:47 WIB
Gembong Narkoba Dewi Astutik Pengendali 2 Ton Sabu Ditangkap di Kamboja (Foto: Repro)
Gembong Narkoba Dewi Astutik Pengendali 2 Ton Sabu Ditangkap di Kamboja (Foto: Repro)

Jakarta, MI - Buron kelas kakap sekaligus gembong narkoba, Dewi Astutik alias PA (43), berhasil ditangkap di Kamboja setelah lebih dari satu tahun meloloskan diri dari kejaran aparat internasional. Perempuan asal Ponorogo itu diringkus dalam operasi senyap yang digelar Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama aparat Kamboja pada Senin (1/12/2025).

Penangkapan Dewi Astutik berhasil dilakukan berkat kerja sama antara BNN, Kepolisian Kamboja, KBRI Phnom Penh, Atase Pertahanan RI di Kamboja, serta Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Dewi sendiri telah tercatat dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 2024 atas kasus penyelundupan 2 ton sabu.

Dewi merupakan pengendali utama jaringan narkotika internasional Golden Triangle  yang digagalkan pada Mei 2025, serta sejumlah kasus besar pada 2024 yang terkait jaringan Golden Crescent.

Ia ditangkap di Sihanoukville, Kamboja, melalui operasi senyap lintas negara yang dipimpin Direktur Penindakan dan Pengejaran BNN, Roy Hardi Siahaan.

Buron besar yang juga masuk dalam daftar pencarian otoritas Korea Selatan itu dibekuk ketika sedang menuju lobi sebuah hotel di Sihanoukville.

Setelah ditangkap, Dewi langsung dibawa ke Phnom Penh untuk untuk proses verifikasi identitas dan penyerahan resmi antarotoritas.

Setibanya di Indonesia, ia akan diperiksa secara intensif untuk menelusuri aliran pendanaan, jaringan logistik, dan pihak-pihak yang terlibat dalam operasinya.

BNN menegaskan, penindakan tidak akan berhenti pada penangkapan ini, tetapi berlanjut pada pembongkaran seluruh struktur jaringan yang selama ini beroperasi secara masif dan terorganisasi.

Jaringan yang dikendalikan Dewi Astutik disebut sangat aktif mendistribusikan berbagai jenis narkotika ke Asia Timur dan Asia Tenggara. Tidak hanya sabu, sindikat ini juga mengedarkan kokain hingga ketamin menggunakan jalur darat dan laut.

BNN menekankan bahwa penangkapan Dewi bukanlah akhir dari rangkaian operasi. Tindak lanjut akan terus dilakukan untuk membongkar seluruh struktur jaringan yang selama ini bergerak secara terorganisasi.

“Penangkapan ini adalah pintu masuk untuk membersihkan jaringan besar yang bekerja secara masif,” tegas BNN.

Sebelumnya, Kepala BNN Marthinus mengungkap bahwa Dewi Astutik telah berulang kali terdeteksi terlibat dalam peredaran gelap narkotika.

Ia menjelaskan bahwa Dewi kerap menjalankan operasinya di kawasan Golden Triangle, istilah untuk lokasi tiga negara yakni Laos, Myanmar, dan Thailand. Kawasan ini dikenal sebagai Segitiga Emas karena penghasil utama opium dan heroin di Asia Tenggara. 

"Dari hasil analisa jaringan internasional, dia (Dewi Astuti) adalah Warga Negara Indonesia bergabung dengan jaringan Afrika dan sangat mungkin orang-orang yang ditangkap di Adis Ababa (Ethiopia) bagian dari sindikatnya dia," tutur Marthinus di kantornya, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (4/10/2024).

BNN pun telah mengajukan Red Notice ke kepolisian internasional.

Rekrut 110 Kurir

Pada awal Mei 2025, nama Dewi Astutik yang menggunakan identitas palsu berinisial PA kembali mencuat setelah BNN menggagalkan upaya penyelundupan 2 ton sabu senilai Rp5 triliun dari KM Sea Dragon Tarawa di perairan Karimun, Kepulauan Riau.

Marthinus menyampaikan bahwa Dewi tidak hanya menjadi otak di balik penyelundupan 2 ton sabu dari kapal Sea Dragon Tarawa, tetapi juga terlibat dalam sejumlah kasus besar lainnya.

Dengan identitas samaran tersebut, PA diketahui telah merekrut sekitar 110 WNI untuk dijadikan kurir narkoba di luar negeri.

Salah satu contohnya terjadi pada akhir 2024, ketika dua orang yang direkrut Dewi terbang dari Kamboja ke Medan dengan membawa narkoba menggunakan pesawat.

Marthinus juga mengungkap data mengejutkan: sebanyak 110 orang WNI yang diangkap di luar negeri seperti Brasil, INdia, Kamboja hingga Korea, ternyata mereka juga hasil rekrutmen Dewi Astutik.  "Itu ketika kita bertanya, mereka bagian dari Dewi Astutik," ucapnya.

Ia menambahkan, Dewi telah berperan sebagai pimpinan dalam jaringan tersebut. Namun, berdasarkan hasil analisis, Marthinus meyakini Dewi bukanlah pemimpin tertinggi karena ia terhubung dengan sindikat di Afrika yang beroperasi di Thailand dan Semenanjung Malaya.

Topik:

dewi-astutik buronan-interpol narkoba bnn