Wiwiek Hargono Tri Adhianto: Berantas Stunting Berbasis Poros Posyandu Keren

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 18 Juni 2023 08:44 WIB
Kota Bekasi, MI - Wakil Ketua II Tim Pelaksana Penurunan Stunting Jawa Barat, Wiwiek Hargono Tri Adhianto menjadi narasumber sekaligus memberikan paparan mengenai peningkatan kapasitas kader posyandu pada kegiatan Rapat Pakar Penyusunan Model Pemenuhan Nutrisi dan Kesehatan Mental dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan Berbasis Posyandu dan Pendamping Keluarga, yang diselenggarakan oleh BKKBN bekerja sama dengan Wanita Indonesia Keren bertempat di Auditorium BKKBN, Gedung Halim I lantai 1. Dalam paparannya Wiwiek Hargono menyampaikan sangat pentingnya peran kader Posyandu sebagai garda terdepan untuk pencegahan stunting. Dengan itu lanjut Wiwiek, mengatakan para kader posyandu untuk terus meningkatkan kapasitas menjadi semakin baik. Sebagaimana diketahui dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting menargetkan penurunan stunting secara nasional menjadi 14% pada tahun 2024. Hasil Survey Status Gizi di Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan angka prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan menjadi 21,6%. Namun, masih diperlukan upaya yang besar dengan melakukan kolaborasi berbagai pihak dalam rangka mencapai target dalam mengentaskan stunting. Dengan itu pihaknya berinovasi dalam pengembangan Model Promosi Nutrisi dan Kesehatan Mental pada 1.000 HPK Berbasis Poros Posyandu Keren dan Kelompok Pendamping Keluarga. “Turut memantapkan derajat kesehatan bangsa, kami sadar betul bahwa Kesehatan Ibu dan Anak terutama di 1.000 Hari Pertama Kehidupan adalah fundamental dari kesehatan masyarakat dan negara. 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan periode emas anak yang dimulai sejak masa kehamilan sampai dengan anak berusia 2 tahun. Berinovasi dalam pengembangan model promosi kesehatan mental berbasis poros Posyandu Keren,” kata Wiwiek Hargono Tri Adhianto dikutip dari keterangan Pers Humas Pemerintah Kota Bekasi, Sabtu (17/6). Salah satu fokus yakni pendekatan berbasis keluarga berisiko stunting. Pendekatan ini diwujudkan melalui peran strategis Posyandu dalam hal ini Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang memastikan layanan diberikan kepada target kelompok yang tepat. Memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui pelayanan kesehatan dasar yang terpadu, meliputi upaya promotive dan preventif, secara konsisten mendorong kesehatan mental para ibu dalam rangka pemberantasan stunting, dimana salah satu pilot project-nya yakni Kota Bekasi, Semarang dan Sulawesi Selatan dalam Merumuskan modul untuk stunting dan modul untuk anak. Peran strategis TPK tidak hanya membantu perubahan perilaku masyarakat, namun juga membantu dalam pencatatan dan pelaporan sehingga data yang diperoleh dapat digunakan oleh pemangku kebijakan dalam menentukan arah intervensi yang tepat. Di akhir paparannya, Wiwiek mengatakan, dengan melakukan Formulasi Model Promosi Nutrisi dan Kesehatan Mental berbasis poros posyandu dan kelompok pendamping keluarga, mengidentifikasi model pelayanan kesehatan mental Ibu dan Anak di tingkat komunitas, menciptakan alat bantu dalam bentuk materi Komunikasi Informasi dan Edukasi tentang Kesehatan mental ibu dan anak yang bisa diaplikasikan di tingkat keluarga dengan difasilitasi oleh kader posyandu. Kemudian, kader/kelompok pendamping keluarga, Mencetak Kader Posyandu dan Kader Kelompok Pendamping Keluarga yang Terampil Nutrisi untuk cegah stunting serta Terampil Kesehatan Mental lewat Akademi Kader Posyandu (jangka menengah memperjuangkan kesejahteraan kader). Rekomendasi implementasi Model Promosi Nutrisi dan Kesehatan Mental 1.000 HPK berbasis Posyandu dan Kelompok Pendamping Keluarga. (Hms/ADV)