Literasi Kunci Keberhasilan Generasi Indonesia

No Name

No Name

Diperbarui 23 Maret 2023 13:42 WIB
Oleh: Andi Maulana/Ketua PW IPM Jawa Barat Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan KITA paham betul bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia dapat dicapai selain karena perjuangan yang gigih hal itu didukung pula oleh terdidiknya para pendiri bangsa melalui pendidikan. Tokoh-tokoh para pendiri bangsa yang sadar akan pendidikan tak terlepas dari tingginya kemampuan literasi yang dimiliki. Tanggal 8 September menjadi tanggal penting yang semestinya wajib diingat banyak orang. The United Nations and Culture Organization atau UNESCO secara resmi menetapkan bahwa tanggal 8 September diperingati sebagai Hari Literasi Internasional atau Hari Aksara Internasional. Lalu bagaimana dengan tingkat literasi di Indonesia pasca kemerdekaan saat ini? Menurut UNESCO dalam risetnya beberapa tahun lalu, setidaknya ada 750 juta orang dewasa dan 264 juta anak putus sekolah yang minim kemampuan literasi dasar. Di Indonesia sendiri tingkat pendidikan berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 14,6%. Persentase ini jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga kita yakni Malaysia yang mencapai 28% dan Singapura yang mencapai angka 33%. Sementara itu kita sadar betul bahwa salah satu amanat para pendiri bangsa yang tertuang dalam konstitusi Indonesia yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia pada BAB XIII bertitel Kebudayaan dan Pendidikan Pasal 31 ayat (1) sampai ayat (5). Namun, bagaimana kehidupan bangsa yang cerdas dapat diwujudkan apabila tidak didukung oleh berbagai kebijakan dan kemudahan? Sementara apabila indeks minimnya literasi terus dibiarkan akan menjadi bom waktu bagi bangsa Indonesia sendiri. Cepat atau lambat akan terciptanya manusia-manusia yang tidak mampu mencerna ilmu pengetahuan dengan benar hingga akan mudahnya terjebak dalam lubang kebodohan yang dalam. Hal ini tentu akan menggangu keberlangsungan suatu negara. Untuk menjawab permasalahan diatas berbagai upaya pun mulai dilakukan, terlebih dari sektor pendidikan. Beberapa waktu yang lalu Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan program Merdeka Belajar Episode ke-23 dengan program Buku Bacaan Bermutu Untuk Literasi Indonesia. Hal ini dilakukan berdasarkan Hasil Asesmen Nasional atau ASN pada 2021 menunjukan bahwa Indonesia mengalami darurat literasi yang menunjukan bahwa secara konsisten hasil PISA 20 tahun terakhir yang menunjukan bahwa skor literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah dan belum berubah secara signifikan di bawah rata-rata peserta didik di negara OECD. Adapun terobosan Kemendikbudristek dibawah naungan Nadiem Makariem ini memiliki tiga program pilar, pertama pemilihan dan perjenjangan, kedua cetak dan distribusi, ketiga pelatihan dan pendampingan. Adapun pilar pertama kemendikbudristek memilih buku berdasarkan kriteria buku bacaan bermutu, yakni buku yang sesuai dengan minat dan kemampuan baca anak. Pilar kedua yakni kemendikbudristek menyediakan 15.356.486 eksemplar dengan 716 judul buku bacaan bermutu ke 5.963 PAUD di daerah 3 T dan 14.595 SD di daerah 3 T dan daerah dengan kompetensi literasi/numerasi rendah. Sementara pilar ketiga yakni kunci keberhasilan penggunaan buku bacaan adalah pada kemampuan kepala sekolah, guru, dan pustakawan dalam mengelola buku bacaan dan memanfaatkan buku bacaan untuk peningkatan minat baca. Penulis melihat program yang dilakukan Kemendikbudristek ini merupakan terobosan dalam mereformasi budaya literasi, dimana program ini terlihat dengan jelas secara terstruktur dan sistematis. Masyarakat juga harus mendukung upaya pemerintah untuk menciptakan generasi Indonesia yang berhasil melalui gerakan literasi.

Topik:

Literasi