Menghindari Paradoks Perguruan Tinggi Berbasis “Keagamaan”

No Name

No Name

Diperbarui 24 Maret 2023 10:54 WIB
Oleh: Dr. Martua Sihaloho, SP, M.Si/Dosen Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Kristen (FISHK),  Sekretaris Program Studi S3 Teologi – Pascasarjana Institut Agama Kristen Negeri Tarutung (IAKN) – Sumatera Utara MINGGU lalu, pada media ini tulisan saya berjudul Urgensi “Keteladanan Dialektik” dalam Kehidupan Bermasyarakat. Tulisan ini yang berjudul Menghindari Paradoks Perguruan Tinggi Berbasis “Keagamaan”, secara ringkas adalah dengan mengedepankan banyak keteladanan. Tentu, disadari sepenuhnya bahwa sejatinya setiap Civitas Akademika dan Tenaga Kependidikan adalah bukan “malaikat” ataupun “manusia setengah dewa”, akan tetapi yang ingin digagas adalah agar Perguruan Tinggi (termasuk) unsur-unsur didalamnya “fungsional” dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Misalnya, fungsional sebagai dosen di Perguruan Tinggi Agama Kristen artinya individu mesti fungsional dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan sangat baik dan sekaligus memenuhi ciri fungsional sebagai seorang Kristen. Dengan fungsional sebagai seorang Kristen (dalam hal ini setiap pribadi yang bekerja di Perguruan Tinggi Agama Kristen tersebut) maka otomatis akan menghindari Paradoks sebagai Perguruan Tinggi Agama Kristen. Selanjutnya, bagaimana fakta empiris Perguruan Tinggi Berbasis “Keagamaan” di Indonesia? Jawabannya adalah hanya Perguruan Tinggi tersebutlah yang mengetahui fakta yang sesungguhnya. Mengapa Perguruan Tinggi perlu menghindari paradoks tersebut? Karena Perguruan Tinggi diharapkan memberikan banyak contoh-contoh keteladanan baik akademik maupun non akademik, termasuk dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dengan demikian Perguruan Tinggi dimungkinkan menjadi Perguruan Tinggi yang mengedepankan dharma tersebut, baik dilakukan di internal Kampus maupun bersama-sama dengan semua stakeholder, utamanya ketika berhadapan dengan pihak luar kampus (ekternal). Alasan berikutnya adalah karena peran perguruan tinggi dalam menyiapkan atau menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas, baik masa kini maupun masa yang akan datang.  Dan alasan ketiga adalah agar peran Perguruan Tinggi tetap eksis dan konsisten juga membawa perubahan-perubahan (yang sifatnya lebih baik dan berorientasi ke depan) demi kemajuan bangsa dan negara serta hanya untuk kemuliaan/keagungan bagi nama Tuhan. Langkah-langkah konkrit yang memungkinkan dapat dilakukan Perguruan Tinggi Berbasis “Keagamaan” agar dapat terhindar dari kondisi “Paradoks” adalah, Pertama Internalisasi Nilai-nilai Budaya Kerja berdasarkan Agama melalui sosialisasi dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya dapat mengakselerasi capaian yang diharapkan. Misalnya di Kementerian Agama, terdapat lima budaya kerja yang terdiri dari: Integritas (keselarasan antara hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan baik);  Profesionalitas (bekerja secara disiplin, kompeten, dan tepat waktu dengan hasil terbaik); Inovasi (menyempurnakan yang sudah ada dan mengakselerasi hal baru yang sudah ada); Tanggungjawab (bekerja secara tuntas dan konsekuen); dan Keteladanan (menjadi contoh yang baik bagi orang). Kedua, “membudayakan” semangat saling berlomba melakukan kebaikan setiap hari kerja, lebih tepatnya adalah setiap waktu (bahkan untuk hitungan detik). Ketiga, mengedepankan kesatuan dalam harmoni. Semangat kesatuan ini memastikan apabila ada “dukacita individu” menjadi dukacita bersama, demikian juga sebaliknya bila ada sukacita individu, akan menjadi “sukacita bersama”, dengan kata lain senasib sepenanggungan. Dengan demkian, langkah pertama dan utama yang ingin disampaikan dalam menghindari paradoks perguruan tinggi berbasis keagamaan adalah dengan mengedepankan keteladanan dari pimpinan dan semua unsur di Perguruan Tinggi. Dalam hal ini, apabila pimpinan berkenan melakukan dan harus mencontohkan keteladanan (sebagai pemimpin ketedalanan-pemimpin perubahan), maka sangat dimungkinkan (angka peluang mendekati satu) seluruh kolega dan bawahannya akan melakukan dan mencontohkan keteladanan tersebut. Semoga!

Topik:

perguruan tinggi