Sekjen Jhoni Allen Bertekad Jadikan Demokrat Terbebas dari Tirani

Nicolas
Nicolas
Diperbarui 19 Oktober 2021 05:40 WIB
Monitorindonesia.com - DPP Partai Demokrat hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang, bertekad men-jadikan Demokrat terbebas dari tirani. Hal itu merupakan cita-cita pendiri Partai Demokrat saat didirikan pada tahun 2001. "Kami ingin men-jadikan Demokrat yang bebas dari tirani," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Demokrat hasil Kongres Luar Biasa Sumatera Utara Jhoni Allen Marbun Senin (18/10/2021). Jhoni menyebut SBY selalu mengajak agar kader Demokrat menjadi Demokrat sejati. Namun, faktanya justru menunjukkan sebaliknya. Dia mengungkap, dalam AD/ART Partai Demokrat 2020 hanya ada dua pemegang kekuasaan tertinggi yakni Ketua Majelis Tinggi yakni SBY dan Ketua Umum AHY. Bahkan AHY, kata Jhoni Allen tidak tahu sejak kapan dia jadi kader Demokrat "Kecuali pada saat pencalonan Gubernur DKI Jakarta. Itu pun sedikit dipaksakan. Saat itu saya menjadi tim. Tiba-tiba kok berubah," tegasnya. Jhoni menyebut yang sedang dihadapi kubu SBY-AHY adalah diri mereka sendiri dan bukan kubu Partai Demokrat hasil KLB. SBY dan AHY menyatakan telah melalui proses demokratis ternyata ada kediktatoran. "Dikatakan bahwa partai ini milik rakyat, faktanya, pelaksanaannya partai ini milik kelompok dan keluarga Cikeas," papar dia. Jhoni memberi contoh kecil, Mahkamah Partai diangkat oleh Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY selanjutnya dikirim ke Kemenkumham. Selanjutnya, Ketua umum berhak mengangkat dan memberhentikan dewan pimpinan pusat, membatalkan keputusan DPD dan DPC. Menurutnya, hal itu lari dari substansi keorganisasian Partai Demokrat  dibangun Jhoni Alllen dan kawan-kawan sejak tahun 2001. Jhoni paham betul bagaimana SBY berproses di Partai Demokrat. Saat itu, Partai Demokrat tengah menggelar rapat pimpinan nasional (rapimnas) di Bogor. Jhoni saat itu menjabat Ketua Panitia Rapimnas Partai Demokrat. Di situlah SBY secara terbuka menyatakan bergabung ke Partai Demokrat. Saat itu SBY bersama Max Sopacua. Jhoni menegaskan, apa yang dilakukannya bersama sejumlah senior Demokrat lainnya untuk mengembalikan Partai Demokrat ke jalan yang benar. Dia menegaskan, AHY tidak paham dinamika Partai Demokrat, makanya dia semena-mena, karena dia tidak punya sejarah perjuangan di Demokrat. "Di mana sejarah perjuangannya? Menikmatinya iya. Menikmati pilkada-pilkada dengan kesewenangan," katanya. Jhoni membeberkan, SBY adalah ketua umum PD keempat. Sepanjang kepemimpinan ketua umum sebelumnya tidak pernah ada masalah walaupun terjadi perbedaan pandangan. Justru terjadi dinamika, perbaikan atas perbedaan pendapat. "Kalau sekarang tidak. Mereka mengadopsi kekuatan-kekuatan yang menurut mereka paling benar dan mereka merasakan bahwa itu miliknya," beber Jhoni. Jhoni mempertanyakan, sejak kapan anak sulung SBY itu tercatat secara resmi menjadi kader dan pengurus Partai Demokrat. "Kemudian AHY direkayasa menjadi ketua umum. Dari mana asal kadernya? Melalui Kogasma? Apakah dia (Kogasma) masuk ke dalam struktur Partai Demokrat? Tidak! Sejak kapan ada Kogasma di Partai Demokrat? Di struktur mana dia? Kogasma sekarang sudah hilang," papar Jhoni lagi. Jhoni juga mengklarifikasi pernyataan jika AHY pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. "Kapan dia jadi wakil ketua umum? Forum apa yang menjadikan dia wakil ketua umum? Apakah ada hal mendesak terjadi kekosongan kursi wakil ketua umum dan itu menjadi masalah? Tidak!" tegas Jhoni. Saat itu, Jhoni menyebut SBY masih menjabat posisi sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Jhoni Allen menyebut AHY bertindak arogan lantaran mendapat legitimasi yang kuat dari sang ayah. "AHY bertindak semena-mena terhadap kami, para kader dari Sabang sampai Merauke. Yang tidak setuju dengan pendapatnya, terjadi perbedaan pendapat, pecat," ungkap Jhoni. Kondisi itu semua membuat Jhoni dan kawan-kawan melakukan perlawanan. Hal itulah yang saat ini dilawan Jhoni Allen melalui KLB Partai Demokrat.[Lin]  

Topik:

Demokrat Jhoni Allen