PKS Disarankan Manfaatkan Teknologi Digital untuk Jangkau Pemilih Muda

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 2 Februari 2022 00:50 WIB
Monitorindonesia.com - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) disarankan memanfaatkan teknologi digital untuk menjangkau pemilih muda. Apalagi jika diperhatikan, pemilih PKS itu 80% pengguna internet yang merupakan orang-orang muda. Saran ini disampaikan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia, Djayadi berbicara dalam Side Event Discussion acara Rakernas Partai Keadilan Sejahtera yang mengusung tema 'Transformasi Digital dan Akselerasi Demokrasi' bersama Sekjen PKS Aboe Bakar Al-Habsyi di Jakarta, Selasa (1/2/2022). Pemilih muda Partai Keadilan Sejahtera ini, menurut Djayadi, hampir semuanya pengguna internet, dan itu berita baiknya bagi partai seperti PKS. Karenanya, PKS harus betul-betul mempelajarinya secara detail bagaimana memanfaatkan teknologi informasi ini untuk menjangkau para pemilih yang muda itu. "Lalu apa yang bisa dilakukan PKS ke depan? Pertama sama seperti partai-partai di negara lain, merespons secara positif dengan melakukan digital campaigning. Ini dilakukan bukan hanya untuk Pemilu, tapi juga in beetween diantara Pemilu," tutur Djayadi. Selanjutnya, adalah open and responsive digital democratic governance yang perlu digalakkan, minimal di internal PKS sendiri, baik secara horizontal maupun vertikal. "Untuk ini jangkauannya ada dua, satu saya sebut dengan internal customer yaitu pengurus dan anggotanya dan yang kedua external customer yaitu voter atau bisa juga publik yang lebih luas," jelasnya. Poin selanjutnya, Djayadi mengingatkan tentang adanya wilayah high, middle, dan low technology. Yaitu mencoba menghubungkan antara yang high technology seperti Jakarta dengan wilayah yang middle technology dan low technology. "Dengan begitu aktivitas PKS akan mendapatkan support baik dari bawah maupun pusat," tambahnya lagi. Kesempatan itu, Djayadi juga menyoroti untuk menggaet orang-orang yang tidak tertarik dengan isu politik, yang namanya connective communities atau masyarakat luar yang terhubung satu sama lain. "Kalau sekarang connective jadi dia bersifat connection, oleh karena itu membangun komunitas yang terhubung satu sama lain dengan isu yang sifatnya connective. Nah, ini harus dilakukan PKS bagaimana orang-orang yang tidak tertarik dengan isu keras dalam politik digaet dengan isu politik yang sifatnya non politik," urainya. Terakhir, masih menurut Djayadi, jangan lupa bahwa Indonesia itu masih masuk yang middle technology democracy. Dimana demokrasi yang akses ICT (Information Communication Technology) nya medium, itu artinya masih banyak wilayah yang tidak tersentuh ICT padahal mereka juga dalam perspektif partai politik perlu dirangkul. "Jadi jalan satunya adalah melakukan mix antara online dan offline activities dari partai," demikian saran Djayadi. (Ery)