Selain Setop Ekspor CPO, Anggota DPR Minta Pemerintah Sikapi Kelangkaan Pangan Lainnya

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 8 Maret 2022 17:25 WIB
Monitorindonesia.com - Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia Said Abdullah meminta pemerintah menyetop sementara ekspor crude palm oil (CPO) dalam satu bulan. "Kalau perusahaan bersifat monopoli, oligopoli, kartel kita terus menerus akan mengalami sampai kapan pun kelangkaan ini akan terus terjadi. Padahal semua kebutuhan yang saya sebutkan yang langka langka itu adalah kebutuhan pangan rakyat. Kebutuhan pokok rakyat. Dan presiden Jokowi salah satu programnya adalah kedaulatan pangan," kata Said, Selasa (8/3/2022). Politikus PDIP itu mengatakan, dari sisi regulasi pemerintah sesungguhnya sudah ada kebijakan kewajiban pemenuhan domestik atau demosstic market obligation (DMO) 20 persen. Pada saat yang sama juga ada domestic price obligation (DPO) yang harganya ditetapkan pemerintah untuk CPO seharga 9.300 dan minyaknya 9.500. "Di atas kertas seharusnya selesai tidak ada masalah. Tapi faktanya terus menerus bermasalah," ujarnya. Tak hanya itu, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI itu juga meminta Pemerintah menyikapi kelangkaan sejumlah bahan pangan lain. Menurutnya, pemerintah perlu berbenah dengan membuat peta jalan kebutuhan pangan nasional kita. "Seperti apa kebutuhan pangan nasional kita, sehingga ada mitigasi di dalam peta jalan itu," ucapnya. Selain itu, Said menilai, pemerintah seharusnya punya sistem logistik nasional (sislognas) dari pusat ke daerah yang terpadu terkoneksi lintas sektoral. Sehingga dari sislognas tersebut diketahui di titik mana kelangkaan terjadi dan bisa dimitigasi dari dashboard sisloknas itu. "Kalau sistem sislognas belum sampai hari ini maka jangan pernah kita berharap bahwa ke depan kelangkaan kelangkaan kebutuhan pokok rakyat tidak akan terjadi. Pesan saya satu, kali ini pemerintah harus berani stop ekspor. Total stop ekspor," tuturnya. (Aswan).