RSDC Kemayoran Berhenti Beroperasi, Legislator PDIP: Karena Covid-19 Sudah Terkendali

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 26 Desember 2022 21:25 WIB
Jakarta, MI- Pemerintah berencana menutup operasional Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran akhir tahun ini. Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengaku tidak mempermasalahkan jika pada akhirnya Wisma Atlet Kemayoran akan berhenti beroperasi. Menurut politikus PDIP ini, RSDC Wisma Atlet Kemayoran layak untuk diberhentikan lantaran kondisi COVID-19 relatif terkendali. "Karena memang situasi kondisi terkini setahun terakhir ini (COVID) relatif terkendali, terlebih beberapa waktu lalu ketika terjadi lonjakan yang gelombang ketiga sampai 6 ribu sekian ya per hari, toh juga tidak membebani faskes kita, hospital rate kita juga masih di bawah 5%. Artinya juga sebenarnya tanpa RSDC pun tidak ada masalah, karena memang tingkat kesiapsiagaan kita rumah sakit kita menghadapi Covid-19 sudah cukup memadai," kata Rahmad, Senin,(26/12/2022). Menurutnya, penyebaran COVID-19 secara nasional cukup stabil dibandingkan penyebaran secara global seperti di China yang tambahan kasus harian tengah kembali melonjak. Namun, kata dia, penanganan COVID 19 di Indonesia dan China tidak bisa dibandingkan. "Kita ketahui bersama di China terjadi lonjakan yang paling parah selama COVID ada, termasuk di Jepang juga kasus hariannya tinggi. Tapi perlu saya sampaikan bahwa kasus di China dengan di Indonesia tidak bisa apple to apple, heard immunity di China dengan Indonesia jauh lebih baik kita ya. Karena kasus pertama kali terdeteksi mereka langsung lockdown. Sehingga belum banyak sebenarnya warga China yang tertular," beber Rahmad. Meski demikian, Rahmad tetap mendorong agar pemerintah Indonesia tetap menggencarkan vaksinasi ketiga atau booster ke masyarakat. Bagi Rahmad hal itu diperlukan untuk terus meningkatkan heard immunity masyarakat Indonesia. "Saya kira justru yang harus kita kejar adalah bagaimana menambah kekuatan heard immunity kita. Saya kira di negara lain sudah ada yang dibebaskan, karena mereka percaya diri. Selain pembentukan heard immunity melalui kena secara alamiah, terpapar positif tapi ada juga negara yang sampai 4 kali cakupan dari vaksin, atau booster kedua itu sudah cukup tinggi. Sedangkan kita satu dua sudah cukup, tapi untuk booster itu yang harus kita kejar lagi, itu yang harus jadi prioritas kita, perhatian kita bersama," pungkas Rahmad.
Berita Terkait