Pakar Gestur Sebut Gibran Tampilkan Ekspresi “Menyerang” Debat Pilpres Keempat

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 22 Januari 2024 11:15 WIB
Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming [Foto: Doc. KPU]
Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming [Foto: Doc. KPU]
Jakarta, MI - Pakar gestur dan mikro ekspresi jebolan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Monica Kumalasari menyampaikan, bahwa calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka, kerap menampilkan gestur dan ekspresi “menyerang” saat debat keempat. 

“Dari 02 kali ini berbeda dengan tampilan sebelumnya yang sudah mendapatkan sentimen positif dari masyarakat, kali ini justru menampilkan ekspresi-ekspresi menyerang yang tidak perlu,” kata Monica dikutip Antara, Senin (22/1).

Saat debat keempat, yang berlangsung di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1), Monica menyebut Gibran beberapa kali menyentil cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (Cak Imin), seperti pada saat membahas Cak Imin yang membaca catatan, hingga memperagakan gerakan pantomim saat menganggap tidak menemukan jawaban dari Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.

Menurut Monica, hal tersebut justru menimbulkan kesan dan sentimen negatif, bahkan menghilangkan citra santun yang dimiliki Gibran. Gestur tersebut juga disayangkan, mengingat sentimen yang terbangun dari debat cawapres perdana Gibran sudah cukup impresif dan di luar ekspektasi publik.

“Nah ini banyak hal-hal yang tidak perlu, dan tidak mendukung secara substansi yang disampaikan, sentimennya sangat negatif," ujarnya.

"Ini justru mengherankan karena pada penampilan debat perdananya sudah cukup baik, tetapi, kali ini justru malah menyerang (nomor urut) 1 dan 2, membuat kesantunannya hilang untuk merespon kepada yang lebih senior,” tandasnya.

Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar debat debat keempat Pilpres 2024, yang mempertemukan para cawapres di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (22/1).

Tiga cawapres yakni, Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD akan beradu gagasan dalam debat tersebut.

Tema debat keempat meliputi energi, sumber daya alam (SDA), pangan, pajak karbon, lingkungan hidup, agraria, dan masyarakat adat.