Pengamat Militer dan Pertahanan Sebut Jokowi Lakukan Kejahatan Politik: Pantas Dihukum Seberat-beratnya

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 25 Januari 2024 17:56 WIB
Connie Rahakundini (Foto: MI/Repro Antara)
Connie Rahakundini (Foto: MI/Repro Antara)

Jakarta, MI - Pengamat militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie menyoroti pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait keberpihakan politik pada pemilihan umum (pemilu) 2024. 

Dia menilai Jokowi melakukan kejahatan politik melalui pernyataannya.

"Ini yang saya bilang gawat. Gambar kemarin membuat saya merasa presiden sudah tidak mau cuti, tidak mau mundur tapi malah melakukan kejahatan politik. Ini kejahatan terbesar politik," kata Connie dalam diskusi "Pemilu Curang Menyoal Netralitas Presiden hingga Laporan Kemhan ke Bawaslu" yang digelar PBHI di Tebet , Jakarta, Kamis (25/1).

"Apa kejahatan terbesar di politik itu? High treason. Dia mengkhianati negara dan sistem demokrasi karena fungsi dia sudah campuradukan sendiri antara posisi sebagai kepala negara, kepala pemerintahan dan kepala rumah tangga," sambung Connie.

Connie menyebut bila presiden bersikeras mendukung apalagi menyatakan dukungan dengan memberi kesan TNI siap mendukung dibelakangnya, maka kepala negara wajib menanggung konsekuensi. Salah satunya, dengan mengundurkan diri.

"Ini bukti dia tidak bisa pisahkan antara menjadi kepala negara atau kepala pemerintahan? Dua fungsi dalam satu individu hanya bisa dipisahkan dengan paham etika," beber Connie.

Menurut Connie, Jokowi pantas dihukum seberat-beratnya. Sebab, menggunakan dan menyatakan kapasitasnya sebagai kepala negara untuk mencampuri urusan politik. 

"Dan itu punishment-nya kalau tidak dipenjara ,ya, death penalty. Sudah disuruh cuti gak mau, mundur nggak mau, malah bisa death penalty. Mending cuti," cetus Connie.

Tak hanya itu, Connie juga mengkritik Jokowi yang berbicara dengan latar belakang atribut TNI. Yang dimaksud yakni penyerahan pesawat untuk keperluan TNI.

Jokowi, menurut dia, ingin menunjukkan bahwa di belakang dirinya terdapat jajaran prajurit TNI dan didampingi Panglima TNI dan tiga kepala staf angkatan, dan Menteri Pertahanan.

Connie menilai Jokowi tidak memikirkan bagaimana perasaan para Perwira yang di belakangnya itu ketika berbicara soal politik praktis.

"Menurut saya mengkhianati, bukan hanya mengkhianati negara juga mengkhianati TNI," kata dia.

Connie secara pribadi mengatakan dirinya tak pernah menyimpan dendam. Namun, Connie geram betul dengan sikap Jokowi.

"Saya bukan orang menyimpan dendam, tetapi do not ever try to mess our nation. Jangan pernah mengacak-acak negara. Karena di titik ini mempertahankan kehormatan dan kedaulatan negara sudah bukan urusan TNI/POLRI saja, tapi urusan rakyat Indonesia," kata Connie.