Pidato Prabowo Kutip Pepatah Jawa 'Mikul Dhuwur Mendhem Jero', Ini Artinya

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 15 Februari 2024 03:40 WIB
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (Foto: Istimewa)
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Calon presiden (capres) Prabowo Subianto dan calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka, nomor urut 02, optimistis menang satu putaran.

Di podium Istora Senayan pada Rabu (14/2) malam, dengan mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru, keduanya menyapa pendukungnya yang menjejali Istora Senayan - termasuk sejumlah pejabat dari delapan partai dalam Koalisi Indonesia Maju yang menyokong pencalonannya dalam Pilpres 2024 dan memberikan pernyataannya.

Ucapan terima kasih juga berkali-kali disebut oleh Prabowo, terutama ketika ia membahas tentang hasil hitung cepat. Mantan jenderal TNI AD bintang tiga itu berpidato di depan ribuan pendukungnya. Di awal pidatonya, tak lupa Prabowo menyapa seluruh hadirin serta tokoh yang datang di Istora.

Dalam pidatonya, Prabowo sempat mengutip ajaran pepatah Jawa "Mikul Dhuwur Mendhem Jero". Dia lalu mengartikan pepatah tersebut ke dalam bahasa Indonesia.

"Ini budaya kita, rakyat Indonesia tidak suka saling menjelek-jelekan, tidak suka saling menghujat. Ajaran orang tua kami, nenek moyang kami adalah mikul dhuwur mendhem jero. Yang bukan orang Jawa, artinya mengangkat yang baik, dan meninggalkan atau memendam yang kurang baik," kata Prabowo.
      
Adapun pepatah tersebut sering diucapkan oleh para guru, orang tua, bahkan sejumlah politisi termasuk Prabowo Subianto.  

Lantas apa arti dari pepatah tersebut?

Dalam bahasa Indonesia, isi pepatah "Mikul Duwur Mendem Jero" bisa diartikan mengangkat tinggi dan mengubur dalam. 

Dalam arti lain memiliki makna yaitu mengangkat setinggi-tingginya kebaikan orang-orang dan tanam hal-hal yang tidak baik. 

Pepatah "Mikul Duwur Mendem Jero" juga diartikan sebagai jasa seorang pemimpin atau orang tua harus dijunjung tinggi sedangkan kesalahannya harus ditutupi. 

Pepatah tersebut seringkali digunakan untuk memberikan nasihat bagi seorang anak atau dalam situasi tertentu adalah murid untuk dapat menjunjung tinggi kehormatan dan memuliakan orang tuanya atau diartikan sebagai guru setinggi-tingginya.

Serta sebisa mungkin untuk memaafkan dan memendam dalam-dalam segala aib atau kesalahan orang tua, maupun orang yang lebih tua.

Sementara "Mendhem Jero" artinya segala kekurangan orang tua maupun orang lain tidak perlu ditonjolkan apalagi ditiru. Kekurangan tersebut harus dikubur dalam-dalam supaya tidak kelihatan.  Untuk itu dapat dikatakan bahwa seyogyanya anak mengubur aib orang tua. Bukan malah membeberkan ke mana-mana.

Untuk lebih jelas lagi, berikut ini pidato Prabowo selengkapnya:

Saudara-saudara izinkan saya menyampaikan sepatah kata dua patah kata. Pada hari ini kita bersyukur seluruh bangsa indonesia di seluruh tanah air. 

Hari ini seluruh rakyat Indonesia di seluruh wilayah Tanah Air dan saudara kita yang di luar negeri sudah terlebih dahulu melakukan tugas konstitusi ebagai warga negara yaitu menjalankan kedaulatan rakyat: memilih pemimpin kita, wakil-wakil kita, pilih presiden dan wapres kita dan wakil-wakil kita di DPR provinsi, kabupaten, kota dan DPD. 

Kita bersyukur, sebagai permilihan umum terbersar di dunia, kita melaksanakan dengan aman, dengan tertib, sejuk, tidak ada ketegangan dan kekisruhan di seluruh wilayah Nusantara yang kita cintai ini. 

Untuk itu, atas nama TKN Prabowo-Gibran dan atas nama Koalisi Indonesia Maju saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Komisi Pemilihan Umum dan seluruh jajarannya, seluruh tingkatannya. 

Termasuk Bawaslu, DKPP, yang telah menyelenggarakan pemilu yang terbesar di dunia secara lancar dan sukses. Kita melihat, rakyat di seluruh pelosok tanah air datang berbondong-bondong ke TPS melaksanakan pemilu dengan riang, tenang, suasana kekeluargaan dan penuh kedamaian. 

Saudara-saudara sekalian, atas nama tim Prabowo-Gibran, KIM, kita bersyukur atas hasil penghitungan cepat yang sudah ada. Semua penghitungan, semua lembaga survei, termasuk lembaga-lembaga yang berada di pihak paslon lain menunjukkan angka-angka yang paslon Prabowo-Gibran menang sekali putaran. 

Saya bersama Mas Gibran berpesan, walaupun kita bersyukur, kita tidak boleh sombong, tidak boleh jumawa, tidak boleh euforia, kita tetap harus rendah hati. 

Kemenangan ini harus jadi kemenangan untuk seluruh rakyat Indonesia. Prabowo, Gibran, dan seluruh Koalisi Indonesia Maju akan merangkul semua unsur dan semua kekuatan. 

Kami akan menjadi presiden dan wapres dan pemerintah untuk seluruh rakyat indonesia. Berkali-kali saya tegaskan, saya akan memimpin bersama saudara Gibran, akan mengayomi, melindungi, dan membela seluruh rakyat Indonesia apapun sukunya, etnisnya, rasnya, agamanya, latar belakang sosialnya. 

Kepentingan seluruh rakyat Indonesia akan jadi tanggung jawab kami. Kami akan menyusun tim pemerintahan yang terdiri dari putra putri terbaik bangsa Indnesia.

Saudara sekalian, kita harus tetap tunggu hasil resmi KPU. Kita yakin demokrasi Indonesia berjalan dengan baik. Saudara-saudara sekalian, rakyat yang menetukan, rakyat yang memtuskan, rakyat berhak untuk mendapat pemimpin yang dikehendaki. 

Dalam beberapa minggu, bulan yang lalu kami menjelajahi seluruh Indonesia dengan tokoh-tokoh, memang kami bagi tugas. 

Ada tempatnya kami yang sampai, Mas Gibran sampai. Ada yang dikerjakan oleh AHY, bahkan Presiden SBY pun turun. Saya kaget Presiden SBY jalan kaki 7 km.. Jalan kaki.. luar biasa penghormatan. 

Saudara-saudara sekalian, dengan dukungan rakyat, dengan suara rakyat, mari kita menghadap ke depan, melihat ke depan. 

Bangsa yang hebat selalu melihat ke depan, menyongsong masa depan. Kita laksanakan kampanye dengan semangat, sekarang kampanye sudah selesai kita harus bersatu kembali. 

Saudara-saudara sekalian, Saya mengajak mari kita lupakan kata-kata yang kasar. Di antara saudara bertengkar itu biasa, (tapi) bertengkar jangan jadi perpecahan yang lama. 

Di seluruh tempat yang kami datangi, rakyat ingin di antara pimpinannya akur. Adat kami, tradisi, ajaran orang tua kami tidak mencari permusuhan tapi mencari kekeluargaan, ini budaya kita. 

Rakyat Indonesia tidak suka saling menjelek-jelekkan, tidak suka saling hujat. Ajaran orang tua, nenek moyang kami mikul duwur mendem jero artinya mengangkat yang baik dan memendam yang kurang baik. 

Saudara-saudara sekalian, sebagai bangsa yang bermartabat, sebagai bangsa yang menjadi panutan bangsa-bangsa lain, mari kita bersyukur dan berterima kasih kepada pendiri bangsa kita, presiden-presiden kita yang kita miliki selama ini. Soekarno, Soeharto berjasa besar, Habibie berjasa juga, Abdurrahman Wahid berjasa, semua berjasa. 

Presiden Megawati berjasa, SBY berjasa bagi kita, Presiden Jokowi berjasa bagi kita. Kebetulan dari sekian presiden, hampir semua presiden saya kenal. Bung Karno saya tidak kenal, tapi saat saya masih kecil, saya pernah diangkat (gendong). 

Presiden kedua (Soeharto) saya lumayan kenal juga. Kenapa kalian ketawa? Kalian tidak percaya? Presiden kedua, saya sering makan siang sama beliau. Presiden ketiga, saya juga kenal Bapak Habibie. 

Saya juga kenal Presiden Keempat, Gus Dur, saya dulu tukang pijatnya Gus Dur. Kalau enggak percaya, tanya yang kenal Gus Dur. Presiden SBY saya kenal baik. 

Dulu sempat jadi kawan, teman, masuk Akabri-nya bareng, tapi karena Akademi Militer sangat sayang sama saya, saya dikasih beasiswa satu tahun lagi. 

Presiden Jokowi saya sangat kenal. Beliau pekerja yang sangat keras, tidak ada capeknya. Menterinya kewalahan ikut beliau. 

Saudara-saudara sekalian, saya dengan Mas Gibran ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh oendukung kami, kami berterima kasih kepada kalian semua. 

Kami hanya berpesan: dengan tenang menunggu hasil suara resmi dari KPU. Kita saling mengingatkan saudara-saudara kita agar waspada, negara seperti kita, sebesar kita, sekaya kita, selalu diisi oleh kekuatan-kekuatan lain. 

Karena itu kita harus kompak, bersatu, rukun. Saya dan Mas Gibran akan bekerja sekuat tenaga untuk mengajak kerukunan, kekeluargaan, kolaborasi untuk rakyat Indonesia. 

Saya kira itu, kami tidak ragu-ragu, kalau ada kata-kata kami yang kurang berkenan di pihak manapun kami mohon maaf sebesar-besarnya. Niat kami hanya ingin mengabdi dan berbakti kepada rakyat Indonesia. (wan)