Mengelola Ekspektasi Masyarakat tentang Mega Proyek IKN

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 20 Juli 2024 2 jam yang lalu
Andre Vincent Wenas (Foto: Dok MI)
Andre Vincent Wenas (Foto: Dok MI)

Balikpapan, MI - Mengelola ekspektasi (managing expectation) adalah satu fase penting dalam mengelola perubahan (change management). Komunikasi yang intensif dan ekstensif di era digital ini menjadi imperatif. 

Kita sadar bahwa dalam praktek menajemen, entah itu korporasi maupun pemerintahan, katanya 70% persoalan praktek manajemen atau leadership nota-bene menyangkut dimensi komunikasi. Kesalahpahaman adalah hal yang kerap terjadi dalam manajemen di segala lini. 

Sama seperti yang kita alami dalam perkara IKN (Ibu Kota Nusantara). Pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur walau sudah melalui diskusi yang intensif di DPR sehingga akhirnya diputuskan pemindahannya tetap saja perlu disegarkan kembali. 

Perihal latar belakang dan latar depan isu IKN ini sudah banyak dibicarakan. Pada dasarnya masyarakat Indonesia menyetujuinya. Kalau pun ada perdebatan, saat ini lebih diwarnai soal seberapa cepat proses pemindahannya. Apakah kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur itu sudah siap? Kapan siapnya? Apa kriteria siap itu? 

Perlu disampaikan bahwa proses awal Pembangunan IKN ini boleh dikatakan super cepat. Mulai sejak Presiden Joko Widodo dan para menterinya jb melakukan dua kali camping di areal hutan yang bakal jadi IKN pada tahun 2022 dan tahun 2023. Sampai sekarang (Juli 2024) dan nanti 17 Agustus 2024 akan diselenggarakan upacara peringatan hari kemerdekaan di Istana Negara yang baru di Kalimantan Timur. 

Dan saking antusiasnya sampai banyak kalangan yang mengira bahwa nanti pada peringatan hari kemerdekaan itu seluruh sarana dan prasarana di sana sudah kelar dan siap beroperasi. 

Padahal tidak demikian, seperti diungkap Staf Khusus Presiden, Grace Natalie, baru-baru ini di Balikpapan bahwa "IKN itu luasnya 4 kali Jakarta, ini proyek besar sekali. IKN merupakan proyek jangka panjang yang pembangunannya mencapai puluhan tahun, yaitu 15-20 tahun.”

Disambungnya, “Saat ini (pembangunan) merupakan fase pertama (2022-2024). Jadi 15 persen itu dari keseluruhan. Untuk fase pertama ini, salah satu target capaian adalah Istana Negara, sejumlah kantor Menko, air dan listrik.” 

Masyarakat Kalimantan Timur, dan provinsi-provinsi lain di belahan timur Indonesia menyambut baik mega-proyek ini. Mereka mengatakan, baru kali ini pemerataan pembangunan merambah ke wilayah-wilayah timur Indonesia. Tingkat pertumbuhan yang sekitar 7% adalah di atas rata-rata pertumbuhan nasional yang berada dikisaran 5%. 

Fase pertama Pembangunan IKN ini telah mambawa angin segar ditengah perjalanan panjang pemerataan Pembangunan. Pembangunan IKN ini bukan lagi sekedar wacana atau diskusi di ruang rapat. 

Bagi mereka yang pernah melihat langsung hiruk-pikuk aktivitas alat-alat berat yang sedang giat bekerja disana pasti bisa bersaksi. Ini bukan proyek kaleng-kaleng, ini pekerjaan super raksasa yang sedang dikerjakan dengan antusiasme tingggi. 

Ini pekerjaan visioner, pandangan jauh kedepan. Tapi harus dicacah agar bisa dikunyah publik. Kalau kita mengacu pada Perpres 63/2022 tercantum ada lima fase pembangunan. 

Fase I (2022-2024) soal pemindahan tahap awal. Infrastruktur dasar yang utama selesai dibangun dan beroperasi mencakup infrastruktur penyediaan air minum, ketenagalistrikan, teknologi informasi dan komunikasi, pengelolaan persampahan, dan air limbah untuk penduduk pionir. 

Di fase pertama ini sudah mencapai sekitar 75%, atau 15% dari total. Sejumlah infrastruktur dasar IKN yang dibangun pada tahap satu ini, antara lain Rusun bagi ASN, Rumah Menteri, tiga ruas Jalan Tol IKN, Bendungan Sepaku Semoi, Istana Presiden, hingga Kantor Presiden. Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) diberesken.

Fase II 2025-2029 pembangunan IKN sebagai area inti yang tangguh. Fasilitas transportasi umum, primer maupun sekunder sudah dapat digunakan. 

Perluasan kawasan permukiman ASN dan TNI/Polri serta perkantoran pemerintahan pusat. Proses pemindahan ASN diperkirakan dapat diselesaikan. Pengembangan riset dan talenta serta universitas unggulan. Pembangunan lanjutan dan pemeliharaan infrastruktur dasar. 

Lalu Fase III 2030-2034 melanjutkan pembangunan IKN dengan lebih progresif. Pengembangan utilitas terintegrasi serta kereta api akses Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan-KIPP IKN. Pemindahan lanjutan personel TNI/Polri. 

Pengembangan kawasan industri dan sektor lain dalam klaster ekonomi superhub. Penguatan kota cerdas, pusat digital, serta pendidikan Abad 21 Peningkatan investasi dan kapasitas produksi klaster ekonomi. 

Fase IV 2035-2039 membangun seluruh infrastruktur dan ekosistem tiga kota untuk percepatan pembangunan Kalimantan. Perkembangan pesat di bidang pendidikan dan kesehatan sebagai motor penggerak sektor ekonomi. Penguatan ketahanan sosial-budaya masyarakat serta peningkatan kapasitas lembaga pendidikan dan riset. 

Penambahan kapasitas infrastruktur dasar seiring peningkatan jumlah populasi. Peningkatan kapasitas dan diversifikasi klaster ekonomi dan infrastruktur pemampu di daerah mitra.

Akhirnya fase V kurun 2040-2045 mengokohkan reputasi IKN sebagai kota dunia untuk semua. Pengembangan angkutan umum massal berbasis jalan dari Kereta Api di IKN dan daerah mitra sekitarnya. 

Pemantapan infrastruktur dan utilitas terintegrasi. Stabilnya pertumbuhan penduduk di IKN. Mencapai net zero emission (NZE) dan 100% energi terbarukan. Pengembangan industri berkelanjutan. Menjadi kota terdepan di dunia dalam hal daya saing.

Komunikasi tentang fase-fase ini mesti rajin-rajin disampaikan terus menerus (dengan kata lain diulang-ulang terus) agar ingatan publik disegarkan. 

Mengenai para haters (pembenci) tidak perlu dihiraukan. Haters gonna hates, jangan ambil pusing. Fokus saja pada progress-report menuju Indonesia Emas 2045. 

[Andre Vincent Wenas - Pemerhati Masalah-masalah Ekonomi dan Politik]

Topik:

IKN