Teror dan Romantika dalam Aksi Jalan Kaki Toba-Jakarta Tutup TPL

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 21 Juni 2021 16:35 WIB
Monitorindonesia.com - Hari ini tepat delapan hari Aksi Jalan Kaki Toba-Jakarta Ajak Tutup TPL yang dimotori Togu P Simorangkir, Irwandi Sirait, dan Anita Marta Hutagalung alias Oni. Sekitar 300 km sudah mereka tempuh sejak berangkat pada Senin, 14 Juni 2021 dari Kompleks Makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII, Balige, Sumut. Senin sore, 21 Juni 2021, rombongan pun tiba di perbatasan Provinsi Sumatera Barat. Di sepanjang rute, berbagai desa, kota, hutan, lembah, dan bukit silih berganti mereka lintasi. Berbagai rupa respons masyarakat juga mereka rasakan. Kebanyakan berupa dukungan, tapi ada juga semacam teror. Misalnya, di satu lokasi yang sepi setelah jauh melewati perkantoran Pemkab Tapanuli Selatan. Tim sangat cemas karena sebuah mobil double cabin berisi beberapa pria, melintas bolak-balik sambil mengamati rombongan. Togu tampak gundah akan keselamatan tim. Apalagi anak kandungnya, Partonggolan Simorangkir yang masih berusia 7 tahun 10 bulan, juga ikut rombongan. Ia pun menayangkan siaran langsung via media sosial Facebook. "Nitezen tolong pantau, ya. Kami direkam oleh beberapa orang pria dari mobil double cabin yang sudah bolak-balik melintas." Jevri Manik, Ketua Tim 11, bertindak cepat. Dia minta Togu, Irwandi, dan Oni berhenti. Formasi diubah. Dua mobil bermuatan logistik yang biasanya selalu di belakang, sekarang dipencar. Satu diposisikan di depan. Perjalanan dilanjutkan. Langkah Togu, Oni, dan Irwandi diapit di antara dua mobil sampai kondisi aman. Bentuk lain respons warga adalah dukungan terang-terangan agar PT Toba Pulp Lestari yang sudah lebih 30 tahun menggunduli hutan di kawasan Danau Toba, segera ditutup. Warga di dusun atau kota, seperti tak kuat menunggu kedatangan Tim 11 guna memberikan sambutan hangat. Ada yang membentangkan spanduk, sebagian lain memberikan kejutan. Seperti seorang pengusaha di Siborong-borong, Tapanuli Utara. Dia tak sabar menunggu tim melintas di depan restonya, Piltik Cofee. Tigor Siahaan beserta isteri malah bergegas menemui tim ke perbatasan Toba. Saat rombongan istirahat di sebuah SPBU, Tigor menemui Togu, Oni, dan Irwandi. Tanpa banyak bicara, dengan postur membungkuk, ia dan isteri menyerahkan sebuah amplop. Sebaliknya pada hari kelima aksi, tim yang nyaris memasuki Kabupaten Mandailing Natal, dijemput balik oleh Edison Rambe atau Sutan Pangeran Mahkota Alam untuk makan malam dan menginap di rumahnya, Istana Hasadaon, di Sorik, Tapanuli Selatan. Edison Rambe adalah satu dari raja-raja luat (wilayah) di Tapsel. Setelah sarapan, sang Pangeran mengantarkan tim kembali ke titik finish kemarin, lalu aksi jalan kaki 1.700 km menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, dilanjutkan. Masih banyak aksi spontan warga kepada tim. Ada petani yang saat berpapasan langsung menyerahkan buah yang dibawanya dari ladang. Di Kota Padangsidimpuan, rombongan dicegat montir di sebuah bengkel. Dia mengaku marga Hasibuan, lalu memberikan selembar uang Rp20 ribu sebagai dukungan. Berbagai elemen masyarakat silih berganti  menyemangati dan berebut untuk berswafoto dengan tim. Oni dengan 68.600 followers di Facebook, paling banyak diajak ber-selfi. Di sepanjang rute, ada saja yang ngefans kepada pegiat sosial yang sudah bercucu itu. Ibadah di jalan Kemarin, Minggu, 20 Juni 2021, sebelum memulai perjalanan, tim sepakat untuk beribadah di gereja yang ada di sepanjang perjalanan. Tak peduli apa nama dan denominasinya. Sayangnya bait yang didamba itu tak kunjung ada. Tim kemudian putuskan ibadah di jalan raya tepat di tepi hutan. Diiringi petikan gitar Lambok Siregar, mereka berdiri melingkar sambil mengangkat pujian bagi Tuhan. Usai menyanyikan beberapa kidung, Togu mendaulat Oni membaca Firman Tuhan. Seperti tersentak, Oni mendadak menangis. Air matanya tumpah. Ia menjauh sebentar dari tim. Ia perlu waktu menata batin sebelum mengambil tugas membacakan Firman Sang Kudus. Ibadah di atas Jalan Nasional Lintas Sumatera dan tepat di tepi hutan, pasti asing bagi jemaat GKPS Binjai itu. Apalagi puluhan kendaraan berlalu-lalang. Tapi Oni segera siap, ia kembali ke barisan lalu membacakan 2 Korintus 6:1-10, bergiliran dengan anggota tim, ayat demi ayat. Lalu ibadah diakhiri dengan doa. Sebelumnya, semua anggota tim khusuk  bernyanyi, "Betapa Hatiku" Betapa hatiku Berterima kasih Tuhan Kau mengasihiku Kau memilikiku Hanya ini Tuhan persembahanku Segenap hidupku, jiwa dan ragaku S'bab tak kumiliki harta kekayaan Yang cukup berarti tuk kupersembahkan Hanya ini Tuhan permohonanku Terimalah Tuhan persembahanku Pakailah hidupku sebagai alatMu Seumur hidupku. (Jay Nainggolan)

Topik:

Tutup TPL Tim 11 Jalan Kaki Toba-Jakarta