Kerja Keras Sagiyo Berbuah Sukses untuk RM Ayam Goreng 'Mbah Cemplung'

Akbar Budi Prasetia
Akbar Budi Prasetia
Diperbarui 4 Juli 2023 18:14 WIB
Jakarta, MI - Hadi Sutrisno atau yang biasa dipanggil Pak Sagiyo,(75), kelahiran Dukuh Tirto, Bangunjiwo, Bantul, Yogyakarta adalah sosok pekerja keras. Ayah tiga anak dan enam cucu ini hanya jebolan kelas dua sekolah rakyat. Namun semangat dalam menjalani hidup tidak pernah neko-neko bahkan cenderung lurus-lurus saja, banyak prihatin dan kerja keras, rajin //nenepi// atau ziarah ke tempat -tempat peziarahan misalnya; Parangkusumo, Makam Sewu dan Sendang Semanggi dan lain-lainya. Lokasi ziarah semuanya berada di Kabupaten Bantul, DIY. Namun sesrawungannya cukup luas, yaitu dengan para pedagang-pedagang yang bersamaan ketemu di tempat peziarahan setiap malam Selasa atau Jumat Kliwon. Sagiyo mengatakan bahwa ziarah itu bukan minta kekayaan atau pesugihan, dan banyak harta benda. Namun yang utama tetap menyembah Gusti Allah, mencari ketenangan pikiran dan jiwa/batin. Sagiyo muda tidak pernah mau nganggur, mulai menjadi dari seorang buruh bangunan sampai ikut pengusaha Wijaya Karya di Semarang, ikut proyek pengadaan tiang listrik se-Jawa Tengah, sampai mandiri menjadi pengusaha meubel di rumahnya sendiri daerah Semanggi. [caption id="attachment_552052" align="alignnone" width="300"] Seorang karyawan RM Ayam Goreng Jawa Mbah Cemplung sedang menggoreng daging ayam kampung di dapur. (Foto: MI/Gatot Eko Cahyono)[/caption] Cikal Bakal RM Ayam Goreng Mbah CEMPLUNG Sagiyo orang yang sangat penting dalam mendirikan dan mensukseskan RM ayam goreng Jawa 'Mbah Cemplung' yang lokasinya dekat sendang Semanggi di pinggir Jalan Sembungan, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Sagiyo muda yang tinggal di Desa Semanggi dikenal sebagai Pak Lebthuk (makanan seperti getuk di goreng dengan rasa gurih). Kenapa dipanggil Pak Lenthuk ? Karena ayahnya seorang buruh batik yang kalau pulang kerja selalu membawa oleh-oleh Lenthuk untuknya. Awal cerita di tahun 1993 ada sosok namanya Mbah Rejo (nama cikal bakal Mbah CEMPLUNG), yang membuka warung kecil dan menjual gorengan di sekitar Sendang Semanggi. Pembeli langganannya kebanyakan anak-anak muda, namun mereka suka berjudi di Warung itu. Akhirnya warung Mbah Rejo ditutup warga dan diusirlah. Mbah Rejo pulang dan buka warung lagi di Desa CEMPLUNG, Padokan, Bantul, Yogyakarta, sebelah barat pabrik gula Madukismo, namun tidak laku. Akhirnya munculah 'sosok malaikat penolong' Sagiyo muda untuk membantu Mbah Rejo mendirikan warung kecil yang menjual ayam goreng Jawa (ayam kampung). Sehari jual dua sampai tiga ayam saja. Warung di Desa Semanggi lagi, di mana warga setempat sudah mulai tidak mengusirnya lagi, karena pelanggannya bukan anak muda lagi yang suka judi, namun orang-orang dewasa dan kelas menengah ke atas. Bahkan, mulai banyak pelanggan yang membawa mobil pada tahun 1996. Usaha warung ayam goreng mulai berkembang dan menuai sukses. Mah Rejo (yang sekarang banyak disebut sebagai Mbah CEMPLUNG) karena memang berasal dari Desa CEMPLUNG, Padokan, Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Mbah Rejo juga sangat rajin ziarah di Sendang Semanggi dekat warungnya itu. Hubungan Sagiyo (Pak Lenthuk) dengan Mbah Rejo (Mbah CEMPLUNG) sudah seperti anak dan ibu kandung sendiri. Mbah Rejo hidup sendiri tidak ada suami (karena pisah) juga tidak punya anak. [caption id="attachment_552050" align="alignnone" width="300"] Suasana di dalam rumah makan bersama para pelanggan setianya. (Foto: Gatot Eko Cahyono/MI)[/caption] Semakin Kondang dan Buka Cabang Mbah Cemplung menua dan akhirnya meninggal di tahun 2004/2005, sebelum ada gempa besar di Bantul tahun 2006. Rumah makan akhirnya diteruskan dan dikelola oleh keluarga Sagiyo dan tiga anak-anaknya yang lulusan SMA semuanya hingga sekarang. Akhirnya dengan kesuksesan mengelola rumah makan tersebut, dibukalah cabang di daerah Desa Jalan Padokan Baru tepatnya sebelah utara pabrik gula Madukismo. Rumah makan 'Mbah Cemplung' semakin kondang di seluruh Indonesia, terbukti semakin banyak pelanggan yang melahap kelezatan daging ayam goreng kampung dengan ciri khas kepedesaannya. Kalau di musim liburan, banyak konsumen berdatangan dengan mobil pelat luar kota memenuhi parkiran, seperti pelat mobil Jakarta, Bandung, Bogor,  Surabaya, Semarang, bahkan pelat luar kota pulau Jawa seperti Bali dan lain-lain. [caption id="attachment_552054" align="alignnone" width="300"] Persediaan daging ayam yang sudah diungkep atau dibumbui yang siap digoreng. (Foto: MI/Gatot Eko Cahyono).[/caption] Prinsip Hidup Sagiyo (Pak Lenthuk) yang Sederhana Menjalani hidup rukun dan bahagia dengan istrinya, Ibu Sagiyo, (65), hingga sekarang tetap sehat bahagia dan berprinsip bahwa orang itu kalau suka bohong, besok juga akan dibohongi orang, istilah Jawa-nya 'Nandur apik manen apik' (menanam kebaikan akan menuai kebaikan juga). 'Menanam kejelekan/kejahatan nanti juga akan menuai kejelekan /kejahatan pula'. Dikatakan pula bahwa orang yang sekolah tinggi kalau istilah Jawa-nya 'Bejo' juga bisa mendapat rezeki banyak. Namun tidak sekolah tinggi pun, melalui percaya kepada Tuhan sepenuhnya, dan mau kerja keras, juga bisa banyak rezekinya. Bahkan, bisa melebihi orang yang sekolahnya tinggi. Pengalaman Gaib saat Ziarah di Parangkusumo Sagiyo bercerita suatu malam Selasa Kliwon, berdua bersama kawannya ziarah ke daerah pantai Parangtritis, ada nama Parangkusumo, saat meditasi menghadap ke selatan arah lautan. Tiba-tiba mendengar suara derap kaki kuda bersama kereta yang sedang lewat di depannya (terdengar suara derap kaki kuda dan suara gemerincing). Dalam kesadarannya Sagiyo dan kawannya tersebut semuanya mendengar dengan jelas suara itu. Namun tidak melihat wujudnya. "Saya suka ziarah bukan mencari kekayaan harta, tetapi mencari ketenangan pikiran dan hati dan tetap yang utama menyembah Tuhan yang Maha Esa. Bapak yang dididik tradisi dan budaya Jawa yang sangat kental ini telah berusia 75 tahun dan hidup bersama isteri serta tiga anak enam cucu ini tampak sederhana dalam menjalani hidup, terlihat Sagiyo masih sehat, setia mengendarai dengan mobil Kijang lawasnya tahun 1995," katanya kepada MonitorIndonesia. "Meski pun anaknya menawari untuk membelikan mobil yang baru agar bisa memakai mobil yang lebih bagus dan baru, namun ditolaknya dengan halus, "sudah aku pakai mobil lawas saja nggak papa" katanya menutup wawancara dengan monitorindonesia.com di rumahnya, di Semanggi, Jalan Sembungan, Bangunjiwo, Bantul, Yogyakarta, Selasa 4 Juli 2023. Lokasi RM ayam goreng Jawa 'Mbah Cemplung' sangat mudah dicari lokasinya melalui Google Maps. (MI/Gatot Eko Cahyono).       #RM Ayam Goreng 'Mbah Cemplung'
Berita Terkait