Kecap Asal Probolinggo Tetap Bertahan di Pasar Eropa Saat Pandemi

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 25 Agustus 2021 04:48 WIB
Probolinggo, Monitorindonesia.com - Kecap yang diproduksi warga Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur tetap bertahan di pasar Eropa saat pandemi Covid-19 karena digemari warga Belanda, Jerman, dan Belgia. Produk kecap bermerk "Kipas Sate" di Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo mampu melanglang buana ke pasar internasional, bahkan selain Eropa, juga tembus pasar Australia. "Syarat utama agar produk kecap kami tetap eksis dan diminati di pasar lokal dan mancanegara adalah kualitas yang stabil dan networking yang memadai," kata pemilik, Akhmad Muhammad Daeng Yewa di Probolinggo, Selasa (24/8/2021). Pria berdarah Makasar-Timor Leste yang akrab disapa Ade itu mengatakan empat tahun terakhir ini pihaknya mendukung dua perusahaan perantara ekspor yang ada di Kota Surabaya dan Malang untuk ekspor di beberapa negara di Eropa. "Industri kecap kami masih berbasis UMKM, sehingga perlu bermitra dengan pihak ketiga sebagai perantara ekspor. Namun saat ini kami juga tengah menyiapkan sertifikasi SNI produk, ISO dan Hazard Anaysis Critical Control Point (HACCP)," tuturnya. Meskipun di tengah pandemi, lanjut dia, kapasitas produksi kecapnya tetap stabil karena untuk pasar lokal sendiri kecap tetap dibutuhkan oleh masyarakat dan begitu juga dengan ekspor yang masih tetap berjalan sampai saat ini. "Sampai saat ini kami tetap bertahan, tidak ada karyawan yang kami PHK. Semua tetap bekerja seperti biasanya dan gaji mereka pun tidak ada pengurangan," katanya. Kendati demikian, kata dia, masa pandemi berdampak pada kapasitas ekspor kecap ke sejumlah negara di Eropa karena mengalami penurunan sampai 30 persen. Tumbuhkan ekspor Pelaksana tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Probolinggo Moch Natsir, menjelaskan saat ini pihaknya fokus menumbuhkan ekspor dengan melakukan pendampingan dan fasilitasi. Ia menjelaskan angka pertumbuhan pengusaha baru di Probolinggo cukup tinggi, selanjutnya perlu gerakan perubahan paradigma lama menuju masyarakat networking dan konsep itu sudah diterapkan di daerah lain yang banyak memiliki pengusaha UMKM seperti Bali, Yogjakarta dan daerah industri lainnya. "Masyarakat networking identik dengan klaster-klaster yang saling mendukung satu sama lain. Ada klaster produksi, klaster penyedia bahan baku, para seller dan pendukung lainnya," ujarnya. “Budaya ekspor akan tumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan networking. Untuk mendukung hal ini kami juga bermitra dengan beberapa perguruan tinggi dan tenaga ahli, termasuk perusahaan-perusahaan swasta," katanya.   Sumber: Antara

Topik:

Nusantara Probolinggo kecap