Rupiah Dibuka Melemah Usai Pengumuman Kebijakan Suku Bunga BI

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 24 November 2023 10:15 WIB
Ilustrasi Rupiah (Foto Freepik)
Ilustrasi Rupiah (Foto Freepik)

Jakarta, MI - Setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level 6%, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah ke level Rp15.562,50 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (24/11). Nilai tukar mata uang Asia bervariasi, namun Dolar AS terpantau ikut melemah.

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Jumat, (24/11), rupiah dibuka turun 0,06% atau 9,50 poin ke level Rp15.562 per dolar AS, setelah ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam juga melemah 0,14% ke posisi 103,77 pada pagi ini. 

Beberapa mata uang Asia yang masih kebal terhadap dolar AS, misalnya ringgit Malaysia menguat 0,06%, baht Thailand menguat 0,26%, ruppe india menguat 0,02%. Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yakni yen China melemah 0,04%, yen Jepang melemah 0,01%, dan dolar Hongkong turun 0,01%.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia menghasilkan keputusan untuk menahan suku bunga acuan di level 6% hingga November 2023. Selain itu, BI juga menahan suku bunga layanan deposit sebesar 5,25 persen dan suku bunga layanan pinjaman sebesar 6,75%.

Keputusan tersebut, menurut Direktur Indosukses Futures Maruli Tua Sinambela menciptakan kepastian dan kestabilan bagi perekonomian dalam negeri dan memperkuat nilai tukar rupiah.

“Kestabilan suku bunga dapat memperkuat rupiah karena memberikan sinyal kepada pasar bahwa Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga inflasi dan stabilitas ekonomi. Namun, fluktuasi tetap mungkin terjadi tergantung pada perubahan ekspektasi pasar, jelas Maruli kepada MonitorIndonesia.com, Kamis (23/11).

Menurut dia sejumlah data ekonomi yang dirilis baru baru ini memberikan gambaran yang menggembirakan bagi  perekonomian Indonesia, memunculkan potensi dampak penting pada nilai mata uang rupiah.

“Menurut data terkini, pertumbuhan pinjaman (YoY) pada bulan Oktober mencapai 8.99%, melampaui ekspektasi sebelumnya sebesar 8.96%. Pencapaian ini bukan hanya mencerminkan kepercayaan konsumen, tetapi juga menunjukkan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan” Ungkap Maruli.

“Sentimen positif ini dapat memicu penguatan nilai Rupiah,” lanjutnya.

Dia menjelaskan lebih lanjut, bahwa pertumbuhan pinjaman yang tinggi dapat menjadi katalisator positif bagi sektor pertambangan. Saham Antam, sebagai perusahaan tambang terkemuka, dapat mengalami kenaikan karena ekspektasi permintaan yang lebih tinggi terhadap komoditas.(Ran)