Kemenangan Prabowo-Gibran Langgengkan Program Hilirisasi Jokowi, Indef: Pihak Asing Dapat Banyak Keuntungan, Kita Hanya Sedikit

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 15 Februari 2024 12:09 WIB
Calon Presiden dan Wakil Presiden no urut 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. (Foto: MI/Zefry)
Calon Presiden dan Wakil Presiden no urut 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. (Foto: MI/Zefry)

Jakarta, MI - Berdasarkan data sejumlah lembaga survei, pasangan calon nomor urut 2 itu mengantongi suara antara 56 sampai 59 persen. Jika hasil quick count ini tak beda jauh dengan perhitungan resmi di Komisi Pemilihan Umum (KPU), maka Prabowo-Gibran sah meneruskan rezim Presiden Joko Widodo utamanya terkait program hilirisasi.

Dalam setiap kesempatan menjadi keynote speaker, Prabowo sering mengatakan bahwa dirinya sangat optimis menaikkan pendapatan negara bahkan sampai diangka dua digit dengan program hilirisasi tersebut.

Akan tetapi, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti, mengatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi diangka dua digit dengan program hilirisasi sangatlah sulit.

Tax ratio kita kan sekarang 8 sampai 9 persen, kalau sampai dua digit katakanlah belasan persen ya, perlu effort yang sangat berat dan besar untuk percepatan. Artinya kita harus lihat apakah benar dan bisa?” ucap Esa sapaan akrabnya kepada Monitorindonesia.com saat dihubungi, Kamis (15/02).

Menurut Esa, dalam kurun waktu 10 tahun ini justru yang terjadi yaitu tax ratio nya semakin menurun.

“Saya pikir artinya ini merupakan program yang sangat ambisius. Jadi saya pikir harus ada transparansi data sih. Jadi transparansi data itu gini, misalnya tax ratio sama, pajaknya sama, tapi kalau ada transparansi data, integrasi data dari BPS terus kemudian yang dukcapil itu gak akan ada orang yang bisa lari dari pajak,” katanya.

“Jadi kalau menurut saya dari hilirisasi itu idealnya bisa menciptakan lapangan pekerjaan, bisa memberikan nilai tambah, dan yang menikmati itu kita. Jadi menurut saya saat ini program tersebut belum ideal. Sekarang itu isunya adalah investornya dari asing, benihnya lebih murah, dilemparnya ke asing, ke China katakanlah, terus untungnya ke China semua karena investornya dari China. Kita hanya mendapatkan keuntungan sedikit,” tambahnya.