Nilai Tukar Rupiah Semakin Terpuruk

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 1 Juni 2024 14:57 WIB
Pecahan mata uang rupiah (Foto: Dok MI/Aswan)
Pecahan mata uang rupiah (Foto: Dok MI/Aswan)

Jakarta, MI - Nilai tukar rupiah kembali terpuruk dengan pelemahan ke level Rp 16.265 per dolar Amerika Serikat (AS) Sabtu (1/6/2024).

Salah satu penekan mata uang rupiah mengalami penurunan adalah data ekonomi AS.

Selain data inflasi yang masih cukup panas, beberapa data ekonomi AS lainnya yang justru makin kuat membuat pasar keuangan RI kembali merana. 

Hal ini karena jika ekonomi AS semakin membaik, maka asing cenderung tidak khawatir kembali untuk berinvestasi di AS.

Salah satunya yakni kondisi manufaktur AS terpantau mengalami penguatan ditandai oleh PMI Manufaktur AS Global S&P naik menjadi 50,9 pada Mei 2024, meningkat dari 50 pada bulan April.

Angka tersebut menandakan sedikit perbaikan secara keseluruhan pada kondisi bisnis di sektor manufaktur, karena output dan lapangan kerja memberikan kontribusi yang semakin positif.

Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz mengatakan bahwa indeks manufaktur AS yang menguat menjadi salah satu pendorong rupiah semakin tertekan.

Tidak sampai disitu, konsumsi masyarakat AS juga diperkirakan masih cukup kuat.

Mengutip hasil Conference Board, indeks kepercayaan konsumen AS naik pada Mei menjadi 102 dari 97,5 pada bulan sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar yakni 95,9. 

Hal ini pada akhirnya memberikan angin segar bagi DXY untuk mengalami penguatan.

Untuk diketahui, kepercayaan konsumen Conference Board (CB) yaitu mengukur tingkat kepercayaan konsumen terhadap aktivitas ekonomi. 

Ini merupakan indikator utama karena dapat memprediksi belanja konsumen, yang memainkan peran utama dalam aktivitas perekonomian secara keseluruhan. Angka yang lebih tinggi menunjukkan optimisme konsumen yang lebih tinggi.