Bunga SRBI Anjlok, Investor Waspada di Tengah Pelemahan Rupiah

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 7 Februari 2025 16:15 WIB
Bank Indonesia (Dok: MI)
Bank Indonesia (Dok: MI)

Jakarta, MI - Tren penurunan bunga instrumen operasi moneter terus berlanjut, dengan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menjadi sorotan utama. Dalam lelang rutin mingguan yang digelar hari ini, bunga diskonto untuk SRBI tenor 12 bulan, yang kerap menjadi pilihan utama investor kembali turun, mencatatkan penurunan keenam kalinya berturut-turut. Jumat (7/2/2025).

Bunga diskonto tersebut kini mencapai 6,56%, yang merupakan level terendah dalam 15 bulan terakhir. Ini menandakan bahwa pengembalian investasi di instrumen ini semakin menarik, setelah terakhir kali berada pada level serupa pada 18 Oktober 2023.

Penurunan tingkat bunga ini terjadi di tengah turunnya imbal hasil surat utang negara dalam sebulan terakhir, yang semakin memperkuat daya tarik SRBI bagi investor yang mencari instrumen dengan risiko yang lebih terukur dan return yang kompetitif.

Tak hanya SRBI-12M, penurunan bunga juga terjadi pada SRBI tenor 6 bulan dan 9 bulan, yang masing-masing turun ke level 6,42% dan 6,51%. bPenurunan bunga SRBI  juga terjadi di tengah penurunan animo investor dalam lelang. Tercatat, incoming bids dalam lelang hari ini mencapai Rp49,87 triliun, turun 8,2% dibanding pekan lalu sebesar Rp54,33 triliun.

Dalam lelang SRBI hari ini, Nilai incoming bids juga menjadi yang terendah sejak akhir tahun. Meski minat rendah, para investor juga memasukkan penawaran bunga yang lebih rendah dibanding lelang pekan lalu. Untuk SRBI-12M misalnya, rata-rata tertimbang penawaran tercatat sebesar 6,64%, lebih rendah dibanding lelang sebelumnya sebesar 6,78%.

Untuk SRBI tenor 6 bulan dan 9 bulan, tingkat penawaran yang masuk  tercatat masing-masing 6,50% dan 6,57%. Bank Indonesia akhirnya memenangkan imbal hasil di level 6,56% untuk SRBI-12M, lalu 6,51% untuk tenor 9 bulan dan 6,42% untuk tenor 6 bulan. Selain itu, nilai yang dimenangkan dalam lelang kali ini juga mengalami penurunan, hanya Rp5 triliun, turun dibanding lelang sebelumnya Rp15 triliun.

Penurunan Bunga SRBI

Tren penurunan bunga SRBI yang terjadi dalam enam lelang berturut-turut semakin menguatkan spekulasi bahwa BI akan terus melanjutkan pelonggaran kebijakan moneternya hingga akhir tahun. 

Sebagai instrumen operasi moneter, bunga diskonto SRBI kerap menjadi salah satu indikator arah suku bunga acuan BI, sehingga tren penurunan ini dapat dibaca sebagai sinyal kebijakan yang lebih akomodatif ke depan.

Selain itu, penurunan bunga SRBI juga tak lepas dari tren global, terutama turunnya imbal hasil surat utang global. Hal ini turut berdampak pada penurunan yield surat utang di pasar sekunder dalam negeri.

Sampai perdagangan kemarin, tenor 2Y sudah terpangkas imbal hasilnya hingga 30,5 basis poin dalam sebulan ini. Begitu juga yield 5Y yang turun 24,7 basis poin dibanding posisi awal Januari lalu. Tenor acuan, SUN 10Y juga mencatat penurunan yield hingga 15 basis poin sebulan terakhir.

Bank investasi global asal Inggris, Barclays Inc., memperkirakan BI akan kembali memangkas bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam pertemuan bulan ini.

"Kami meragukan stabilitas angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2024, bisa mengurangi antusiasme bank sentral dalam melonggarkan moneter," ujar Brian Tan, analis Barclays.

Pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal IV-2024 memang sedikit di atas ekspektasi yakni 5,02% dan secara keseluruhan tahun 2024 melambat ke 5,03%. Namun, bila ditelisik, kinerja konsumsi rumah tangga masih belum mampu kembali ke level sebelum pandemi.

Konsumsi rumah tangga pada kuartal IV-2024 tercatat sebesar 4,98% yoy dan dalam sepanjang 2024 tumbuh 4,94% yoy, masih di bawah level pandemi yang di atas 5%.

Inflasi yang tetap rendah bahkan mencapai titik terendah dalam 25 tahun, bersamaan dengan cadangan devisa yang baru saja mencetak rekor tertinggi, dapat memberikan keyakinan lebih bagi BI untuk melanjutkan kebijakan pelonggaran moneter. Apalagi, fokus utama bank sentral kini mulai bergeser ke upaya mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

BI rate diperkirakan masih akan ditahan di 5,75% pada kuartal satu ini. Namun, BI rate berpeluang terpangkas lagi sebesar 25 basis poin pada kuartal II sehingga diprediksi bunga acuan akan bertahan di 5,50% pada akhir Juni nanti.

Sementara itu, rupiah telah melemah 1,18% sepanjang tahun ini. Pada Februari, rupiah menguat tipis 0,15% month-to-date di pasar spot, yakni di posisi Rp16.275/US$, jelang penutupan pasar Jumat sore.

Topik:

srbi bank-indonesia bi-rate