Harga CPO Bangkit, Didorong Reli Minyak Kedelai dan Sinyal Ekspor Meningkat

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 26 April 2025 09:25 WIB
Kelapa Sawit (Foto: Dok MI)
Kelapa Sawit (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Jumat (25/4/2025). Penguatan ini didorong kenaikan harga minyak kedelai dan potensi peningkatan ekspor.

Mengacu pada data BMD, kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Mei 2025 naik sebesar 4 Ringgit Malaysia, menembus level 4.139 Ringgit per ton. Sementara itu, untuk kontrak berjangka CPO Juni 2025 meningkat 8 Ringgit Malaysia di 4.084 Ringgit Malaysia per ton.

Untuk kontrak berjangka CPO Juli 2025 terkerek 21 Ringgit Malaysia menjadi 4.057 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Agustus 2025 menguat 21 Ringgit Malaysia di 4.047 Ringgit Malaysia per ton.

Sementara itu, kontrak berjangka CPO September 2025 menguat 19 Ringgit Malaysia menjadi 4.039 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Oktober naik 15 Ringgit Malaysia menjadi 4.029 Ringgit Malaysia per ton.

Mengutip data dari Trading View, lonjakan harga CPO di Bursa Malaysia Derivatives berhasil menghentikan tren penurunan yang berlangsung selama tiga pekan berturut-turut. 

Penguatan tersebut dipicu oleh naiknya harga minyak nabati pesaing, seperti minyak kedelai dan optimisme terhadap permintaan ekspor. Sebab, dalam sepekan, kontrak ini tercatat menguat 2,09%.

Seorang trader yang berbasis di Kuala Lumpur mengungkapkan bahwa reli harga CPO ini dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak nabati lainnya seperti minyak kedeai di Chicago, yang didorong optimisme terhadap permintaan ekspor dari Amerika Serikat (AS).

Harga Minyak Kedelai

Harga minyak kedelai yang paling aktif di Dalian tercatat menguat sebesar 1,28%, sedangkan kontrak minyak sawit di bursa yang sama naik 2%. 

Lebih lanjut, di Chicago Board of Trade, harga soyoil naik 1,84%. Minyak sawit cenderung mengikuti pergerakan harga minyak nabati lain karena bersaing di pasar minyak nabati global.

Sementara itu, harga minyak mentah dunia justru mengalami penurunan dan diperkirakan melemah lebih dari 2% dalam sepekan. Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran atas potensi kelebihan pasokan dan ketidakpastian terkait negosiasi tarif antara Amerika Serikat dan China.

Harga minyak mentah yang lebih lemah membuat CPO menjadi pilihan yang kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel.

Sementara itu, nilai tukar ringgit Malaysia, mata uang yang digunakan dalam perdagangan CPO, tidak mengalami perubahan terhadap dolar AS.

Dari sisi permintaan global, Komisi Eropa memperkirakan impor minyak sawit Uni Eropa pada periode 2025–2026 hanya mencapai 2,5 juta ton, lebih rendah dibanding proyeksi sebelumnya yang sebesar 3 juta ton.

Namun, di tengah penurunan permintaan dari Eropa, India mulai kembali aktif membeli CPO setelah vakum selama lima bulan. Langkah ini dipicu oleh harga CPO yang kini lebih murah dibandingkan soyoil, sehingga mendorong para pelaku industri penyulingan di India untuk kembali menambah stok.

Topik:

sawit minyak-sawit cpo harga-cpo minyak-kedelai