AHY Soroti Krisis Tanah di Pesisir Jawa: Ancaman yang Tak Bisa Diabaikan

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 17 Juni 2025 15:29 WIB
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (Foto: Ist)
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan pentingnya kesadaran lingkungan dan penataan ruang sebagai fondasi utama dalam pembangunan berkelanjutan. 

Dalam pernyataannya, AHY menyoroti secara khusus krisis tanah yang melanda wilayah pesisir Pulau Jawa.

Menurut AHY, ancaman seperti polusi udara, krisis air bersih, penurunan muka tanah, hingga bencana iklim bukan sekadar tantangan teknis, tetapi sudah menjadi ancaman eksistensial yang perlu ditangani secara menyeluruh.

Iya menekankan bahwa pembangunan fisik tidak seharusnya hanya fokus pada aspek kemajuan semata. AHY menilai keseimbangan antara infrastruktur, kelestarian lingkungan, dan ketahanan masyarakat menghadapi krisis iklim.

"Yang kita butuhkan adalah untuk menjaga agar keseimbangan antara pembangunan fisik dan menjaga alam dan lingkungan kita yang juga semakin rentan," tutur AHY di acara Forum Kerja Sama Daerah Mitra Praja Utama (FKD-MPU), Selasa (17/6/2025).

Indonesia, kata dia, merupakan negara yang rentan terhadap bencana alam karena letaknya di ring of fire. Oleh karena itu, pembangunan harus dirancang dengan prinsip berkelanjutan dan tangguh terhadap bencana.

AHY mengungkapkan, salah satu ancaman paling serius saat ini adalah penurunan muka tanah di pesisir utara Jawa, terutama di Jakarta, yang bisa mencapai 9 hingga 11 sentimeter setiap tahun. 

Ia menegaskan bahwa situasi ini merupakan krisis yang mendesak dan tidak boleh terus dibiarkan tanpa penanganan segera.

"Misalnya yang sangat berpengaruh pada eksistensi kita semua, existential threat terhadap masyarakat di pesisir utara Jawa. Ya pantai Jawa, terutama Jakarta yang mengalami land subsidence parah, sampai di 9-11 cm per tahun ini, harus segera kita carikan solusinya," imbuhnya.

AHY menyebut, tidak ada solusi tunggal dalam menangani masalah ini. Ia menuturkan sejumlah strategi yang disesuaikan dengan kondisi wilayah, mulai dari pembangunan tanggul raksasa, memperkuat wilayah pantai, hingga relokasi masyarakat ke wilayah yang lebih aman.

"Ada juga yang masih bisa kita perkuat di wilayah pantainya. Jadi itulah yang kita gunakan istilah defense, kita mempertahankan apa yang ada. Tapi mungkin di sebagian lokasi kita bisa mundur, retreat," pungkasnya.

Topik:

krisis-tanah pesisir-jawa ahy