Angka Bunuh Diri di Iran Meningkat Akibat Resesi Ekonomi

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 11 November 2021 00:09 WIB
Teheran, Monitorindonesia.com – Peristiwa bunuh diri Ruhollah Paraazideh dengan cara membakar tubuhnya yang dibasahi bensin di kota Yasuj, sangat mengejutkan banyak orang di Iran. Apalagi Ruhollah adalah putra seorang pahlawan provinsi terkemuka dari perang Iran-Irak tahun 1980-1988, Golmohammad Parazideh. Kejadian tragis yang menimpa Ruhollah menguak fakta tentang meningkatnya kemarahan dan frustrasi publik ketika ekonomi Iran tenggelam, pengangguran melonjak, dan harga makanan meroket. Kematian Ruhollah terjadi di luar kantor lokal Foundation for Martyrs and War-Disabled People, satu badan pemerintah yang kaya dan berkuasa yang membantu keluarga mereka yang terbunuh dan terluka dalam Revolusi Islam Iran 1979 dan perang-perang berikutnya. "Saya terkejut ketika mendengar berita itu. Saya pikir keluarga korban (perang) menikmati dukungan yang murah hati dari pemerintah," kata Mina Ahmadi, seorang mahasiswa di Universitas Beheshti, sebelah utara Teheran. Iran menghargai pahlawan perangnya yang mati dalam konflik dengan Irak, yang dikenal di Teheran sebagai "Pertahanan Suci". Yayasan memainkan peran besar dalam hal itu. Setelah revolusi memasang sistem yang dijalankan secara klerus, yayasan tersebut mulai menyediakan pensiun, pinjaman, perumahan, pendidikan, dan bahkan beberapa pekerjaan pemerintah tingkat tinggi. Ruhollah dengan sosok kurus dan berusia 38 tahun dengan kumis tebal dan rambut beruban itu sangat membutuhkan pekerjaan. Ayah tiga anak di Iran selatan itu berjalan ke kantor lokal satu yayasan yang membantu veteran perang dan keluarganya. Dia memohon bantuan. Media lokal melaporkan bahwa Paraazideh sempat mengancam kepada para pejabat bahwa dia akan menjatuhkan diri dari atap rumah jika mereka tidak dapat membantu. Para pejabat mencoba berunding dengannya, menjanjikan sedikit pinjaman, tetapi dia pergi dengan tidak puas. Parazideh segera kembali ke gerbang gedung, menuangkan bensin ke sekujur tubuhnya, dan menempelkan korek api di lehernya. Dia meninggal karena luka bakar dua hari kemudian, pada 21 Oktober. Menyusul insiden bunuh diri Paraazideh, yayasan tersebut memecat dua pejabat tinggi provinsi dan menuntut pemecatan penasihat urusan veteran gubernur serta seorang pekerja sosial. Yayasan mengecam kegagalan pejabat tinggi untuk mengirim pria yang menderita itu ke fasilitas medis atau orang lain untuk mendapatkan bantuan. Dampak kasus bunuh diri Paraazideh mencapai tingkat tertinggi pemerintahan. Ayatollah Sharfeddin Malakhosseini, penasihat Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, menyebut kasus itu sebagai peringatan bahwa para pejabat harus "menyingkirkan pengangguran, kemiskinan, dan gangguan ikatan sosial." Pada tahun 2014, parlemen meluncurkan penyelidikan ke salah satu bank utama yang berafiliasi dengan yayasan tersebut karena diduga menggelapkan US$5 juta atau Rp 71,5 miliar. Namun hasil investigasi tidak pernah terungkap.   Sumber: Reuters

Topik:

Iran Bunuh Diri