Menilik Lesunya Rupiah Usai KPK Geledah Bank Indonesia


Jakarta, MI - Baru-baru ini, kantor Bank Indonesia (BI) diacak-acak oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ihwal mengumpulkan bukti dugaan korupsi dana Corporate Social Responsibility (CSR) BI dam Ototitas Jasa Keuangan (OJK).
Dari pengeledaan tersebut penyidik menyita sejumlah dokumen, seperti alat elektronik dan berkas besaran dana CSR serta tujuan dana.
"Adapun maksud penggeledahan tersebut, kami dalam kegiatan mengungkap perkara tindak pidana yang terkait dengan CSR-nya Bank Indonesia. Ada beberapa ruangan yang kami masuki dan ada beberapa yang kami peroleh, tentunya barang-barang tersebut yang kami peroleh nanti akan kami klarifikasi,” kata Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Rudi Setiawan, Rabu (18/12/2024).
Modus korupsi di kasus ini diduga sejumlah persentase dana CSR milik Bank Indonesia diberikan kepada pihak-pihak yang tak sesuai peruntukannya. Uang yang tidak sesuai peruntukannya itu diduga mengalir ke sejumlah yayasan yang diduga fiktif.
Dalam kasus korupsi ini KPK sempat menyatakan, sudah menetapkan tersangkanya.
“Kita sudah dari beberapa bulan yang lalu telah menetapkan dua orang tersangka yang diduga memperoleh sejumlah dana yang berasal dari CSR-nya Bank Indonesia,” kata Rudi.
Teranyar, KPK mengklarifikasi bahwa karena penyidikan kasus ini masih menggunakan Surat Perintah Penydikan (Sprindik) Umum, maka tersangkanya masih nihil.
Sementara untuk menguatkan pembuktian pengusutan kasus korupsi dana CSR BI, KPK rencananya akan memanggil Gubernur BI Perry Warjiyo. Terkait hal ini, Perry masih bungkam saat dikonfirmasi Monitorindinesia.com.
Hanya saja, Perry baru-baru ini mengaku menghormati proses hukum yang dilakukan KPK. Pihaknya juga akan memberikan keterangan yang diperlukan dalam proses penyidikan.
Selain BI, KPK berpotensi menggeledah Kantor OJK. Pihak OJK juga tak memberikan respons begitu dikonfirmasi Monitorindonesia.com, Jumat (20/12/2024).
Penting diketahui, usai giat KPK menggeledah Kantor Gubernur BI Perry Warjiyo itu, isu anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyeruak.
Namun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan fenomena ini baru sebentar terjadi.
Rupiah lesu, puncaknya pada Jumat (20/12/2024) pagi tadi.
Bahwa rupiah dibuka melemah 0,09% ke level Rp16.305/US$, menjadi level terlemah rupiah sejak Juli lalu.
Menurut Airlangga, depresiasi mata uang terhadap dolar AS tidak hanya semata-mata terjadi pada rupiah, melainkan juga kepada won Korea Selatan, yen Jepang, dan real Brasil.
"Kita lihat ini kan fenomena baru sebentar. Jadi tentu kita monitor dan jaga fundamental ekonomi kita," ujar Airlangga saat ditemui di kantornya, Jumat (20/12/2024).
Terlebih, indeks dolar AS mengalami penguatan dan berada pada level tertinggi sejak dua tahun terakhir. Mengutip Bloomberg, indeks dolar AS saat ini berada pada level 108,35, tertinggi sejak November 2022.
"Kalau kita lihat AS ini dua tahun terakhir tertinggi dan depresiasi terhadap dolar bukan hanya Indonesia bahkan Korea Selatan lebih dalam, Jepang lebih dalam, kemudian ada negara lain termasuk Brazil. Kita bicara sepanjang tahun berjalan atau year to date," beber Airlangga.
Kendati demikian, dia mengaku akan memantau dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap asumsi dasar ekonomi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Selain itu, Airlangga mengatakan pemerintah juga akan menjaga fundamental ekonomi Indonesia untuk melakukan penguatan terhadap rupiah.
Sekadar catatan, nilai tukar rupiah pada asumsi dasar ekonomi makro yang termaktub dalam APBN 2025 adalah Rp16.000/US$. Sementara itu, pendapatan negara dalam APBN 2025 direncanakan sebesar Rp3.005,1 triliun dan belanja negara disepakati sebesar Rp3.621,3 triliun.
Siang ini, rupiah bergerak menguat ke Rp16.280/US$ pada pukul 12:03 WIB, setelah sebelumnya bahkan sempat menyentuh Rp16.258/US$.
Sampai tengah hari ini, rupiah bergeser sekelompok dengan mata uang Asia yang menguat sejauh ini, dipimpin oleh yen Jepang 0,22%, peso 0,14%, juga dolar Singapura dan yuan offshore yang naik tipis.
Mata uang Asia lain masih tertekan oleh dolar AS. Won Korsel sudah tergerus 0,22%, baht 0,19%, ringgit 0,14%, dolar Taiwan 0,11% juga yuan Tiongkok 0,04% dan rupee India 0,01%.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan rupiah, yang saat ini berada di atas level Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS), tengah menuju keseimbangan baru.
Perry menyoroti ketidakpastian dari global melalui kebijakan AS, khususnya usai Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS ke-47.
"Sampai adanya kejelasan dari kebijakan AS, ini proses dari menuju keseimbangan baru, fokus kami adalah stabilitas," ujar Perry dalam konferensi pers, Rabu (18/12/2024).
Apa kata DPR?
Ketua Komisi XI DPR RI Misbakhun menegaskan, bahwa penggeledahan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi di Kantor BI bukan penyebab lemahnya nilai Rupiah terhadap Dollar AS.
Adapun pelemahan rupiah kembali terjadi ke level Rp16.313 pada pekan ketiga Desember 2024.
"Tidak ada hubungan penggeledahan BI oleh KPK dengan melemahnya rupiah terhadap USD yang saat ini sedang berjalan," kata Misbakhun kepada wartawan, Kamis (19/12/2024) kemarin.
Politikus Partai Golkar itu menjelaskan, penyebab utama melemahnya rupiah karena situasi politik di AS pasca berlangsungnya Pilpres.
"Penyebab utama dari pelemahan yang saat ini terjadi murni karena kebijakan fiskal, kebijakan moneter yang selama ini diambil dan dalam bulan ini karena inflasi di Amerika Serikat juga mengalami penurunan karena kepercayaan pasar pasca-terpilihnya Trump sehingga memberikan sentimen negatif yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah pada arah pelemahan," ujarnya.
Pun dia mengimbau agar BI bisa kembali fokus menjalankan tugasnya untuk menciptakan perekonomian di Tanah Air tetap normal.
"Untuk itu, sebaiknya Bank Indonesia berkonsentrasi penuh melakukan langkah-langkah kebijakan operasi moneter yang konstruktif untuk membuat nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap US dollars," tuturnya.
"Jadi apa yang terjadi saat ini dengan pelemahan rupiah murni karena masalah teknis tidak ada kaitannya dengan penggeledahan KPK di Bank Indonesia," timpalnya.
BI tak berdaya
Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, mengatakan bahwa lemahnya rupiah sebagai tanda bahwa Bank Indonesia semakin tidak berdaya, tanda bahwa ekonomi Indonesia dalam kondisi semakin memprihatinkan.
"Bank Indonesia nampaknya kehabisan “peluru” (devisa) untuk intervensi kurs rupiah. Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan nampaknya sulit meredam defisit aliran dolar keluar dari Indonesia. Tambahan utang luar negeri semakin tersendat, " kata Anthony kepada Monitorindonesia.com, Jumat (20/12/2024).
Menurut Ekonom ini, investor portfolio dan hot money keluar dari pasar saham dan pasar obligasi. Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 1,84 persen.
Anthony juga memperingatkan bahwa, kalau kondisi seperti ini berlanjut, rupiah akan terus tergerus. Bukan tidak mungkin, dalam waktu dekat rupiah akan tembus Rp17.000 per dolar AS
"Kalau ini terjadi, tekanan terhadap rupiah akan semakin berat. Jangan sampai tekanan ini menjadi bola salju, memicu panik di dunia usaha, memicu gagal bayar utang luar negeri, yang bisa menjadi pangkal pokok krisis moneter, " ujar Anthony .
Untuk mengatasi hal ini, Bank Indonesia berpotensi menaikkan suku bunga acuan untuk menahan capital outflow.
Dalam hal ini, ekonomi akan tertekan dua sisi, tekanan suku bunga dan tekanan kurs rupiah yang semakin melemah.
Selain itu, kepercayaan investor terhadap masa depan ekonomi Indonesia semakin menipis. Kenaikan PPN menjadi 12 persen, di tengah ekonomi sedang meredup, daya beli sedang melemah, memperburuk prospek ekonomi 2025.
"Ekonomi Indonesia dalam kondisi tidak baik. Serba sulit. Investor akan terus mengawasi respons kebijakan pemerintah: siap mendukung dan siap menghukum," pungkasnya. (wan)
Topik:
KPK Bank Indonesia Rupiah