Mendag: Indonesia Siap Hadapi Tantangan Perang Dagang AS dan China

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 15 Januari 2025 20:48 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso (Foto: Ist)
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Kementerian Perdagangan (Kemendag) angkat bicara mengenai potensi dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China terhadap neraca perdagangan Indonesia. Isu perang dagang ini kembali mencuat menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS, yang diprediksi akan memperketat kebijakan tarif perdagangan terhadap mitra dagang, termasuk China.

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menegaskan bahwa pemerintah Indonesia siap menghadapi dinamika perdagangan global, termasuk potensi eskalasi perang dagang tersebut. “Ya, itu kan [potensi perang dagang AS-China] sudah isu dari dulu terus. Paling kita siap aja,” ujar Budi di Gedung Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan Kemendag, Jakarta, Rabu (15/1/2025). 

Budi juga menambahkan bahwa pemerintah sudah siap dengan kebijakan untuk mengatasi dampak kebijakan tarif perdagangan tinggi yang mungkin diberlakukan oleh Trump terhadap mitra dagang, termasuk China.

“Dulu juga hampir sama. Jadi kita harus siap, yang penting dulu kita punya daya saing. Jadi kalau misalnya kita punya daya saing, terus kita bersaing dengan negara lain, daya saing kita bagus, saya pikir nggak akan kalah,” jelasnya. 

Budi juga menekankan bahwa Kemendag akan mencoba melakukan pendekatan melalui kerja sama bilateral agar produk lokal mampu menembus pasar di Negeri Paman Sam. “Nanti kita coba lakukan perdekatan lagi ya, seperti apa formulasi hubungan yang bagus sehingga kita bisa menembus pasar AS,” ungkapnya. 

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menegaskan bahwa negaranya siap memberikan respon berupa tarif terhadap AS jika Presiden terpilih Donald Trump benar-benar melaksanakan ancamannya untuk memulai perang dagang di kawasan Amerika Utara.

Trudeau, pada Senin (13/1/2025),  menyatakan bahwa pemerintah Kanada tidak berniat menciptakan ketegangan perdagangan dengan pemerintahan baru AS di bawah Trump. Namun, mereka akan mengambil langkah tegas jika AS memberlakukan tarif terhadap produk-produk Kanada.

Menurut data Departemen Perdagangan AS, Kanada merupakan mitra dagang terbesar barang-barang AS dengan nilai mencapai US$320 miliar dalam 11 bulan pertama 2024. Selama periode yang sama, defisit perdagangan barang AS dengan Kanada tercatat sebesar US$55 miliar. 

“Kami adalah mitra ekspor utama bagi sekitar 35 negara bagian AS. Setiap hambatan yang memperlambat arus perdagangan antar negara kita akan berdampak buruk bagi rakyat dan pekerjaan di Amerika,” jelasnya. 

Pada 2018, ketika pemerintahan Trump pertama kali mengenakan tarif terhadap baja dan aluminium, pemerintah Kanada merespons dengan memberlakukan tarif pada sejumlah produk asal AS, seperti peralatan rumah tangga. Kali ini, Trump mengisyaratkan kemungkinan penerapan tarif 25% yang lebih luas terhadap barang-barang dari Meksiko dan Kanada.

Di sisi lain, China mengambil langkah persiapan yang berbeda guna mengantisipasi kebijakan Trump. Awal bulan lalu, para pemimpin utama China berencana melonggarkan kebijakan moneter dan memperluas pengeluaran fiskal pada 2025 sebagai bentuk persiapan Beijing menghadapi perang dagang kedua saat Trump menjabat sebagai Presiden AS. 

Topik:

mendag perang-dagang tarif-perdagangan kemendag perang-dagang-as-dan-china