MAKI Kawal dan Apresiasi Kejagung Usut Korupsi Pagar Laut


Jakarta, MI - Masyarakat Anti Korupsi (MAKI) akan mengawal dan mengapresiasi Kejaksaan Agung (Kejagun) mengusut kasus dugaan tindak pidana korupsi pagar laut di perairan Tengerang.
"Kita apresiasi Kejagung dapat menyidik atau mengusut kasus ini. Dan kita akan kawal kasus ini sampai tuntas," kata Koordinator MAKI, Boyamin Saiman kepada Monitorindonesia.com, Sabtu (21/6/2025).
Boyamin pun berharap kepada Kejaksaan Agung tidak memandang bulu membidik mereka yang diduga terlibat. "Semua diduga terlibat harus diperiksa. Diharapkan Kejagung menuntaskan kasus ini tanpa memandang bulu," harap Boy sapaannya.
Boy kepada Monitorindonesia.com pada beberapa waktu lalu menyatakan bahwa memang Kejagung telah menyidik kasus tersesbut dibarengi dengan penggeledahan sejumlah tempat.
"Pidsus Kejagung akhirnya melakukan penyidikan dugaan perkara korupsi kasus pagar laut Kohod setelah petunjuk JPU Kejagung kepada Bareskrim untuk menjerat korupsi tidak dipenuhi atau diabaikan," kata Boy.
Sementara sejumlah tempat yang digeledah yakni kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) hingga kantor di Pemerintah Kabupaten Tangerang.
"Penyidik Pidsus Kejagung telah geledah beberapa tempat: BPN Kabupaten Tangerang; Rumah mantan Kepala BPN Kabupaten Tangerang inisial JS; Kantor Konsultan Jasa Pengukur swasta; dan beberapa kantor di Pemkab Tangerang," jelas Boy.
Adapun kasus pagar laut ini berawal dari upaya sejumlah oknum mensertifikasi lautan yang merupakan milik negara sebagai hak milik untuk diuruk menjadi daratan. Setelah disertifikasi dengan menggunakan sekitar 150 KTP penduduk, kemudian kepemilikan beralih ke dua perusahaan.
Kedua perusahaan tersebut diduga adalah PT Intan Agung Makmur dan PT Cahaya Inti Sentosa. Intan Agung memiliki sertifikat HGB sebanyak 234 bidang. Sedangkan Cahaya Inti menguasai sebanyak 20 bidang.
Saham PT Intan Agung diduga dimiliki Kusuma Anugrah Abadi dan Inti Indah Raya. Saham PT Cahaya Inti Sentosa disebut diduga PT Agung Sedayu, PT Tunas Mekar Jaya, dan PT Pantai Indah Kapuk Dua.
Perkara Pagar Laut awalnya dilaporkan ke Polri, KPK dan Kejaksaan. Perkqra tersebut secara terang benderang tindak pidana korupsi. Sebab milik negara dimanipulasi sedemikian rupa menjadi milik pribadi dan kemudian dialihkan menjadi milik korporasi.
Polri tiba-tiba lebih dulu melakukan penyidikan dengan mempidanakan kasus pemalsuannya. Kemudian setelah menetapkan tersangka Kepala Desa Kohod Arsin sebagai tersangka, Direktur Tindak Pidana Umum Mabes Polri melimpahkan berkas perkara ke Jaksa Agung Muda Pidana Umum (Jampidum) Kejaksaan Agung.
Namun Jampidum mengembalikan berkas perkara dengan petunjuk bahwa perkara tersebut bukan tindak pidana umum, tapi tindak pidana korupsi. Selain mengembalikan berkas perkara, Jampidum juga mengembalikan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).
Mabes Polri awalnya ngotot melimpahkan kembali berkas perkara. Namun pelimpahan kedua tersebut kemudian kembali dijawab tegas Jampidum. Perkara diminta diserahkan ke Korps Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Kortas Tipikor) Polri. Kordinasi dengan penuntut umum diminta dilakukan dengan Jampidsus.
Setelah pengembalian bulan April 2025 tersebut, perkara Pagar Laut tidak terdengar lagi kabar beritanya. Termasuk apakah Kortas Tipikor Mabes Polri melakukan penyelidikan atau penyidikan. Begitu juga KPK dan Kejagung yang sebelumnya juga melakukan penyelidikan.
Topik:
Kejagung MAKI Pagar Laut Korupsi Pagar LautBerita Sebelumnya
Kejagung Terus Usut TPPU yang Menjerat Zarof Ricar
Berita Selanjutnya
KPK Usut Dugaan Gratifikasi Pengadaan di MPR RI
Berita Terkait

Penerima Dana Korupsi BTS Rp243 M hampir Semua Dipenjara, Dito Ariotedjo Melenggang Bebas Saja Tuh!
3 jam yang lalu

Kades Kohod Arsin Didakwa Terima Gratifikasi Rp 500 Juta Urus SHM Laut Tangerang
20 jam yang lalu