Apresiasi Kinerja Kemenkes Bangun 2 Pabrik Plasma, Komisi IX: Waktu Covid-19 Kita Seperti Tukang Obat

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 22 Mei 2024 11:47 WIB
Anggota Komisi IX DPR RI, Nur Nadlifah (Foto: Ist)
Anggota Komisi IX DPR RI, Nur Nadlifah (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Anggota Komisi IX DPR RI Nur Nadlifah, mengapresiasi langkah Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin yang sukses membangun dua pabrik plasma pertama di Indonesia.

Menurutnya, kehadiran pabrik plasma ini sangat dibutuhkan dan bisa menjadi penyedia bahan dasar obat-obatan, sehingga Indonesia tak lagi bergantung pada diimpor.

Ia mencontohkan, saat masa pandemi covid-19 pihaknya sudah seperti agen penjual obat yang kerap ditanyakan mengenai obat-obatan yang langka untuk didapatkan. 

“Ketika masa Covid-19, kita ini sudah kayak agen obat. Tengah malam ditelepon minta cari obat yang susahnya setengah mati," kata Nadlifah dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Menkes Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, kemarin.

"Sementara harganya dari hari ke hari naiknya luar biasa sampai angka 100 juta," sambung Nadlifah. 

Sementara, Menteri Budi menegaskan, hadirnya pabrik plasma ini dalam rangka memenuhi kebutuhan Produk Obat Derivat Plasma (PODP) dalam negeri sekitar 650 ribu liter plasma darah.

"Obat itukan ada yang berbasis kimia, dan ada yang berbasis biologi. Dulu farmasi berbasis kimia itu 80-90 persen revenue, tapi sekarang sudah berbasis biologis lebih banyak," ujarnya. 

Adapun kebutuhan PODP rata-rata per tahun yakni, albumin 516 ribu vial, IVlg 114 ribu vial, Factor VIII 162 ribu vial, dan Factor IX 24 ribu vial. Kebutuhan tersebut akan terus meningkat mengingat dalam 5 tahun terakhir, keseluruhan PODP mengalami rata-rata peningkatan sekitar 40 persen.