Gagal Ginjal Anak Berujung Cuci Darah, Aleg DKI Soroti Lemahnya Pengawasan Dinkes

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 13 Agustus 2024 3 jam yang lalu
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Merry Hotma (Foto: Istimewa)
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Merry Hotma (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Merry Hotma, menyoroti maraknya kasus gagal ginjal pada anak balita yang membuat pasien harus cuci darah. 

Karena itu, Komisi E membidangi salah satunya kesra meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Jakarta menggencarkan pengecekan atau skrining jajanan sekitar sekolah.

"Merespons kasus banyak anak-anak cuci darah di RSCM kemarin, salah satu follow up dari Komisi E waktu itu adalah harus ada warning. Apalagi penyebab dari kasus itu adalah jajanan anak-anak di sekolah yang tidak terdeteksi," tegas Merry, Selasa (13/8/2024).

Politikus PDIP itu menyoroti minimnya pengawasan terhadap kandungan bahan kimia berbahaya pada jajanan anak. Maka itu, perlu tindakan khusus menyelamatkan anak-anak dari zat kimia beracun.

"Jajanan anak di sekolah itu zat pewarnanya, pengawet pemanisnya, itu enggak ada yang kontrol, sama saja kita meracuni anak-anak SD kita," lanjut Merry.

Karena itu, pihaknya meminta Dinkes Jakarta lebih gencar lagi menskrining jajanan anak demi menyelamatkan generasi penerus bangsa. 

"Saya usulkan supaya direncanakan, ada alat untuk mengecek pewarnanya, pemanisnya, pengawetnya, karena anak-anak kita yang terdeteksi dan ada di RSCM ini adalah generasi masa depan bangsa," jelasnya.

Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Merry Hotma gagal ginjal anak cucii darah
Ilustrasi Cuci Darah (Foto: MI/Ist/Net)

Sementara itu, Kepala Dinkes DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, membenarkan adanya resistensi jajanan di sekolah terhadap kesehatan anak. Namun dia mengaku tidak bisa bergerak sendiri untuk mengendalikan peredarannya, karena tidak punya kewenangan menjatuhkan sanksi.

"Kami tidak bisa melakukan penindakan terhadap penyedia jajanan anak yang tidak sesuai. Tetapi, kami melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap penyedia makanan anak di kantin sekolah," ujar Ani.

Dinkes DKI juga akan menggandeng sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD), seperti Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM)DKI. 

Untuk saat ini, lanjutnya, Dinkes DKI telah menjalankan program kantin sehat melalui pembinaan dan edukasi terhadap pengelola kantin.

"Saya setuju sekali masalah jajanan anak ini masalah penting sekali dan terhubung kuat dengan angka stunting," tambahnya.

Terapi ginjal

Sebelumnya, Dinkes Provinsi Jakarta melaporkan sebanyak 60 anak menjalani terapi penyakit gagal ginjal di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM).

"Saat ini, sekitar 60 anak menjalani terapi gagal ginjal anak di Rumah Sakit Rujukan Kasus Ginjal Anak, yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo," kata Ani Ruspitawati, Sabtu (3/8/2024).

Ani menambahkan, Pemprov Jakarta memiliki tujuh dokter spesialis anak sub-spesialis nefrologi untuk merawat anak-anak yang terkena penyakit gagal ginjal. 

Empat orang bertugas di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dua orang di Rumah Sakit Anak Bunda Harapan Kita, dan satu orang bertugas di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk.

Dia mengatakan, penanganan gagal ginjal pada anak dapat dilakukan dengan terapi dialisis atau dikenal dengan cuci darah. "Kedua, terapi continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) atau dialisis mandiri yang datang sebulan sekali ke rumah sakit," jelasnya.

Selain itu, terdapat 76 layanan dialisis atau CAPD rumah sakit yang tersebar di semua wilayah di Provinsi DKI Jakarta. Layanan itu tersedia di enam RS pusat milik Kementerian Kesehatan, tiga RS milik kementerian, lima RS milik TNI/Polri, tujuh RSUD, dan 55 RS swasta. (Selamat Saragih)